Selain itu, hindari meninggalkan sampah bekas makanan di rumah. "Sampah ini dapat mengundang tikus yang merupakan salah satu mangsa ular," jelasnya.
Amir juga mengingatkan untuk selalu membersihkan rumah dari tumpukan barang-barang, termasuk perkarangan rumah dari tumpukan daun-daun kering atau material yang menumpuk. "Tempat tempat itu bisa menjadi tempat persembunyian ular," imbuhnya.
5. Pedoman penanganan gigitan ular berbisa dari WHO
Tri Maharani yang ikut dalam tim pembuat pedoman penanganan gigitan ular berbisa dari WHO, menjelaskan, pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah: Melakukan imobilisasi atau membuat bagian tubuh yang digigit ular tidak bergerak dan segera membawanya ke rumah sakit.
Lakukan pertolongan sesuai panduan WHO, seperti memberikan anticholinesterase. Anggota tubuh yang terkena gigitan ular jangan sampai dihisap atau disedot. Jangan menoreh atau mengeluarkan darah atau memijat bagian anggota tubuh yang terkena gigitan.
Penanganan korban harus tepat secara medis. Oleh karena itu, tidak disarankan menggunakan obat herbal. Jika gigitan dan paparan bisa ular menyebabkan kecacatan pada korban, maka dapat diberikan pelatihan fisioterapi.
Baca Juga: Demi Mencari Makanan dan Pasangan, Harimau Ini Berjalan Hingga 1.300 Kilometer
Ular kobra atau disebut juga ular sendok adalah jenis ular berbisa dari suku Elapidae. Disebut ular sendok karena ular ini dapat menegakkan dan memipihkan lehernya, melengkung menyerupai sendok, apabila merasa terganggu atau merasa terancam oleh musuhnya. Selain itu, ular yang berukuran rata rata 1,3 meter dan bisa mencapai ukuran panjang 1,8 meter ini juga memiliki kemampuan meyemprotkan bisa atau yang disebut venom.
Di Indonesia ada dua jenis ular kobra, yakni kobra Sumatera atau Naja sumatrana dan kobra Jawa alias Naja Sputatrix. Kobra Sumatera dapat ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan kobra Jawa, banyak dijumpai di Jawa, Bali, Lombok, Komodo, Rinca, Sumbawa, dan Flores.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Fakta Teror Ular Kobra di Musim Hujan, Pemicu hingga Mitos Garam". Penulis: Gloria Setyvani Putri.