Tujuh Tradisi yang Biasa Dilakukan Saat Imlek

By National Geographic Indonesia, Jumat, 24 Januari 2020 | 16:07 WIB
Menjelang Tahun Baru Imlek, warga keturunan Tionghoa berdatangan silih berganti ke klenteng. (Lutfi Fauziah/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id - Tahun baru Cina atau Imlek telah tiba. Biasanya, ada beberapa tradisi yang dilakukan untuk merayakannya. Apa saja? 

1. Membersihkan rumah

Menyapu rumah berarti juga membersihkan rumah agar kotoran yang dianggap sebagai simbol kesialan disingkirkan, hingga tersedia ruang yang cukup untuk menampung keberuntungan. Rumah yang bersih juga sedap dipandang mata kan?

Setelah itu, mereka akan menyingkirkan sapu dan sikat dari jangkauan. Mereka juga tidak diperbolehkan menyapu rumah saat hari pertama tahun baru karena berarti mengusir keberuntungan yang sudah hadir di rumah.

Baca Juga: Perayaan Imlek Identik dengan Angpau, Apa Filosofi di Baliknya?

2. Wajib memiliki unsur warna merah

Pernak-pernik perayaan Imlek. (Bayu Dwi Mardana)

Menurut kepercayaan orang Tionghoa, nian atau sejenis makhluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung akan keluar saat musim semi atau saat tahun baru Imlek.

Kedatangan mereka pun dilanjutkan dengan mengganggu manusia, terutama anak kecil. Namun, jangan khawatir. Menghias rumah, pakaian, dan aksesoris berwarna merah dapat mengusir nian karena ia takut dengan warna merah. Jadi, tidak heran kalau nuansa merah begitu jelas terlihat saat Imlek.

Selain itu warna merah juga memiliki arti akan harapan terhadap hal-hal yang baik di tahun yang baru.

3. Angpau

Angpau. (Jangnhut/Getty Images/iStockphoto)

Bagi anak-anak dan masih lajang, Imlek berarti banjir uang karena orang tua atau mereka yang sudah menikah diwajibkan memberikan angpau.

Jumlahnya tidak harus besar. Yang penting berupa uang kertas baru, dan bukannya berbentuk uang logam. Bagi-bagi angpao juga dipercaya makin memperlancar rejeki di kemudian hari. Selain itu pemberian angpao melambangkan harapan orang-orang tua kepada anak muda agar lebih makmur di tahun yang baru.

4. Mempersiapkan makanan

Kue keranjang, hidangan khas saat perayaan Imlek. (Thinkstock)

Kue keranjang dan jeruk juga menjadi ciri khas Imlek. Tidak hanya itu, saat Imlek mereka juga menyajikan makanan di atas nampan berbentuk, segi 6, segi 8, atau bulat dengan isi yang beragam, seperti buah kering, biji-bijian, kacang-kacangan, dan permen.

Beberapa orang juga menyiapkan makanan keberuntungan seperti mie yang tidak dipotong untuk melambangkan umur panjang, serta kue bola berbentuk uang Tiongkok pada zaman dahulu yang melambangkan kekayaan. Satu lagi, saat Imlek mereka disarankan untuk menghindari makan bubur karena bagi warga Tionghoa, bubur melambangkan kemiskinan.

5. Kembang api

Kembang api merupakan salah satu pertunjukan yang sangat populer untuk memeriahkan Imlek, karena suara gaduhnya dipercaya membuat makhluk jahat ketakutan. Akan tetapi, ketika merayakannya di rumah, pastikan bahwa tetangga tidak merasa terganggu dengan suara berisik yang Anda ciptakan.

Imlek pun sangat identik dengan hujan. Bagi sebagian orang, hujan membuat malas beraktivitas, tetapi berbeda untuk masyarakat Tionghoa dikala Imlek, hujan sepanjang perayaan imlek pun dikaitkan sebagai sumber rezeki. Dengan turunnya hujan, maka banyak rezeki yang berdatangan di muka bumi.

Namun, yang sangat penting adalah menyambut Tahun Barun Imlek dengan cara membersihkan hati, menyucikan nurani, dan tekad berusaha lebih baik di tahun mendatang.

Baca Juga: Sambut Tahun Baru Cina Atau Imlek, Ini Fakta-fakta yang Perlu Anda Ketahui

6. Tidak boleh membalik ikan saat menyantapnya

Menikmati ikan saat Imlek juga sangat unik—ikan yang biasa disantap adalah bandeng. Kita tidak boleh membalik ikan untuk mengambil daging ikan pada bagian bawah. Ditambah lagi, kita tidak boleh menghabiskan ikan tersebut dan menyisakannya agar bisa dinikmati esok hari.

Masyarakat Tionghoa percaya kalau kebiasaan ini merupakan lambang dari nilai surplus untuk tahun yang akan datang.

7. Mengunjungi Keluarga Besar

Tidak hanya lebaran, Imlek juga menjadi salah satu momen yang tepat untuk mengunjungi saudara agar tali persaudaraan tidak terputus. Tidak heran jika pada saat-saat tersebut banyak masyarakat dari etnis Tionghoa yang pulang kampung untuk merayakan Imlek bersama keluarga mereka.