Nationalgeographic.co.id - Saat suhu Bumi berubah, beberapa wilayah mengalami efek yang berbeda. Tempat yang paling stabil cenderung memiliki kekayaan biologis yang banyak.
Suhu global meningkat jauh lebih cepat di sekitar kutub daripada di sekitar garis khatulistiwa, dan ini diperkirakan akan terus berlanjut. Akibatnya, peneliti serta aktivis lebih khawatir tentang efek kenaikan suhu pada penghuni kutub ketimbang yang ada di hutan hujan tropis.
Dilansir dari IFLScience, Damien Fordham, peneliti Universitas Adelaide mengatakan bahwa hewan dan tumbuhan yang hidup di kutub menghadapi perubahan iklim secara tiba-tiba. Kenaikan suhu kali ini diperkirakan lebih cepat dibanding yang jutaan tahun sebelumnya.
Baca Juga: Kabar Buruk, Hutan Amazon Menghasilkan Karbon Lebih Banyak Dibanding yang Diserapnya
Damien dan timnya membagi Bumi menjadi lebih dari 10 ribu sel dan memetakan suhu di bumi selama 21 ribu tahun terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa 58 persen sel di wilayah tropis tumbuh dengan stabil. Damien berkata bahwa stabilitas iklim ini bisa menjadi kekuatan pendorong keanekaragaman dan ini memungkinkan banyak spesies untuk tumbuh.
Meski begitu, Damien menambahkan bahwa area-area tropis tersebut sangat rentan terhadap perubahan temperatur yang terjadi dengan cepat, sekali pun perubahan tersebut kecil.
Stuart Brown, penulis utama jurnal ilmiah tersebut mengatakan bahwa lebih dari 75 persen area tempat tropis ini akan hilang dalam waktu dekat karena pemanasan global abad ke-21.
Ini bisa menyebabkan masyarakat menjadi sulit memperoleh sumber daya seperti makanan, pekerjaan, dan pendapatan.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Tempat Wisata untuk Melihat Hewan Langka di Indonesia
Potensi terburuk dari masalah ini adalah bahwa area tropis menyimpan gas karbon dalam jumlah besar, yang dapat terlepas jika ekosistem rusak.
Sudah banyak peneliti memperingatkan ancaman terkait perubahan iklim terhadap ekosistem. Saatnya kita bergerak untuk melakukan aksi, demi meminimalisir pemanasan global serta perubahan iklim.