Nationalgeographic.co.id - Hutan hujan Amazon sedang menghadapi krisis. Setelah deforestasi tanpa henti, ia harus berjuang untuk memulihkan diri karena areanya yang terkenal sebagai penyerap karbon, kini berubah menjadi sumber karbon.
Para ahli lingkungan di Brasil menemukan fakta bahwa seperlima wilayah hutan Amazon lebih banyak mengeluarkan karbon dibanding menyerapnya. Perubahan yang signifikan ini dapat berdampak pada iklim dunia.
Meski studi lengkapnya belum dipublikasikan, tapi para peneliti sudah menyampaikan hasilnya kepada BBC Newsnight. Mereka mengatakan bahwa penemuannya berdasarkan data terbaru--dikumpulkan menggunakan pesawat terbang yang dilengkapi dengan sensor sehingga dapat mendeteksi konsentrasi gas rumah kaca.
Baca Juga: Salamander Eropa Langka Ini Berdiam di Tempat yang Sama Selama 7 Tahun
Salah satu alasan mengapa hutan Amazon lebih banyak menciptakan karbon adalah karena deforestasi. Hutan hujan berperan sebagai penyerap karbon berkat kekayaan pohonnya. Tanaman-tanaman hijau 'menghisap' karbon dioksida dari lingkungan dan menggunakannya untuk fotosintesis. Karbon kemudian diasingkan oleh tanaman tersebut dan disimpan sebagai biomassa. Sejumlah besar karbon juga disimpan di tanah sebagai bahan organik mati, seperti pohon yang membusuk.
Di masa lalu, Amazon menyerap karbon lebih banyak dari yang dikeluarkan. Namun kini, dengan pohon yang semakin sedikit, hutan ini justru melakukan sebaliknya.
Bagaimana pun juga, hutan hujan masih menghasilkan karbon, terutama melalui respirasi mikroorganisme yang menguraikan pohon begitu mereka mati. Selain itu, kebakaran hutan yang belum lama ini terjadi juga melepaskan karbon ke atmosfer.
"Hutan Amazon pada tahun 1980 dan 1990-an merupakan penyerap karbon yang sangat kuat, mungkin mengekstrasi dua miliar ton karbon dioksida setiap tahunnya dari atmosfer," ungkap Profesor Carlos Nobre, wakil pemimpin penelitian dari University of Sao Paulo's Institute for Advanced Studies.
"Hari ini, kekuatannya berkurang satu hingga 1,2 miliar ton," imbuhnya.
Baca Juga: Januari 2020, Bumi Mengalami Peningkatan Suhu Tertinggi Dalam Sejarah
Meski begitu, para peneliti mengatakan, bencana masih bisa dihindari jika kita dapat mengendalikan deforestasi.
Jika tercapai, maka itu dapat mengurangi area kebakaran hutan hingga 30 persen dan mengurangi emisi karbon hingga 56 persen di wilayah tersebut.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR