Akankah ‘Flygskam’ Mengubah Kebiasaan Penerbangan Internasional?

By Daniel Kurniawan, Senin, 17 Februari 2020 | 11:24 WIB
Ilustrasi pesawat terbang. (Kenishirotie/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Maskapai penerbangan Belanda KLM baru-baru ini meluncurkan kampanye iklan “Fly Responsibly” atau "Terbang Bertanggung Jawab". Anehnya, iklan ini seakan mendorong audiens untuk terbang lebih sedikit, sebuah gagasan yang kontradiktif dengan bisnis penerbangan.  

"Apakah Anda harus selalu bertemu tatap muka?", tanya pada iklan itu, “Bisakah Anda naik kereta saja?”.

Pengaruh aktivis iklim, Greta Thunberg mungkin menjelaskan mengapa maskapai penerbangan merasa berkewajiban untuk mengatakan hal tersebut.

Rasa malu dari bisnis penerbangan atau "flygskam", telah membuat perasaan tidak nyaman tentang industri itu--yang mengonsumsi lima juta barel minyak per hari dan diperkirakan menyumbang sekitar 22% dari emisi karbon global pada tahun 2050.

Baca Juga: Empat Langkah Sederhana Mengurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai

European high-speed rail networks telah menawarkan alternatif lalu lintas udara antara negara-negara Eropa untuk jarak kurang dari 1.000 kilometer. Untuk perjalanan yang lebih lama, sleeper trains yang memiliki fasilitas tempat tidur menjadi kian populer.

Semakin banyak konsumen yang mempertanyakan etika penerbangan mereka berikutnya, perusahaan kereta api melihat peluang dan persaingan dengan maskapai semakin memanas.

Alternatif untuk perjalanan udara? 

Para petinggi industri penerbangan khawatir bahwa flygskam dapat mengancam lalu lintas penumpang di sejumlah negara, yang mungkin malah sudah terjadi. Swedavia, sebuah maskapai penerbangan yang beroperasi di sepuluh bandara tersibuk di Swedia, melaporkan penurunan penumpang sebanyak empat persen pada 2019 dibanding dengan tahun sebelumnya.

Penurunan ini utamanya terjadi pada perjalanan domestik, sementara penurunan penumpang internasional masih lebih rendah. Meski grafik makin merunduk, lalu lintas udara Eropa masih tumbuh sebesar 4,2% pada tahun 2019.

Para peneliti yang mempelajari profil konsumen di pasar yang berbeda, belum lama ini mengidentifikasi profil baru, yakni environmental traveler atau pelancong (ramah) lingkungan. Orang yang termasuk dalam segmen pasar ini mencoba mempertahankan gaya hidup ramah lingkungan, yang salah satunya mengurangi jumlah penerbangan yang mereka lakukan. 

Meski begitu, para peneliti menemukan bahwa kesadaran akan krisis iklim tidak secara otomatis diterjemahkan ke dalam perubahan perilaku, seperti memilih moda transportasi lain daripada perjalanan udara. Sering kali, jarak dan biaya adalah motivasi yang lebih kuat, terutama untuk rute jarak pendek dan menengah.