Temple Grandin, Ilmuwan Perempuan yang Ciptakan Alat Terapi Autis

By Fikri Muhammad, Senin, 2 Maret 2020 | 11:34 WIB
Temple Grandin with Cows ()

Nationageographic.co.id - Dunia mengenal Temple Grandin sebagai professor yang aktif di bidang animal welfare. Publik kagum lantaran Grandin adalah penyandang autis dengan intelektual tinggi. Ia mampu menciptakan alat terapi untuk penyandang autis yang terinspirasi dari perliaku hewan.

Sejak dekade kebelakang penyandang autis minim perhatian bahkan mendapatkan diskriminasi mulai dari verbal, fisik, akses pendidikan, dan transportasi. Hal ini dikarenakan penyandang autis dianggap aneh dan berbeda dari orang lain.

Anggi Dwi Astuti dalam jurnal Kajian Furniture Pada Interior Ruang Kelas Penyandang Autis mengatakan bahwa penyandang autis mempunyai gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, imajinasi, serta pola perilaku yang repetitif dan resistensi (tidak mudah mengikuti/menyesuaikan) terhadap lingkungan serta rutinitas umum.

Sebagai anak dengan Autistic Disorder and Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Grandin melalui lika-liku tersebut sebelum ia mencapai titik puncak dan berkarya untuk ilmu pengetahuan.

Baca Juga: Februari Adalah Bulannya Orang Kulit Hitam dalam Black History Month

Grandin lahir di Boston, 3 Desember 1947, dari pasangan Richard Grandin dan Eustacia Cutler. Pada umur tiga tahun, Grandin mengalami gejala awal autisme yakni benci disentuh, mudah marah, dan sangat pendiam. Kisah mengenai Grandin ini ditayangkan dalam Film produksi HBO yang berjudul Temple Grandin.

Dokter mengatakan bahwa gejala autisme Grandin semakin parah karena mengalami kerusakan otak dan harus menerima perawatan jangka panjang. Saat itu, sang ayah khawatir dan ingin anaknya dirawat dalam institusi untuk anak autis dan dirawat seumur hidup. Namun, sang Ibu tak menginginkan hal tersebut.

Grandin pun dikirim ke terapi wicara dan orangtuanya menyewa pengasuh untuk menghabiskan waktu berjam-jam bermain game. Eustacia Cutler yakin bahwa sang anak akan belajar berprilaku normal dengan mendapatkan interaksi yang cukup.

Menginjak remaja, Grandin seringkali sulit mendapat sekolah negeri. Selain kemampuan pendidik di Amerika saat itu yang tidak memiliki kapabilitas mengajar anak penyandang autis, teman sebaya Grandin juga acap kali mengejeknya. Hingga akhirnya ia berlabuh di sekolah swasta yaitu Mountain Country School pada 1989.

Masa SMA tidak menyenangkan bagi Grandin. Namun, ada kelas yang membuatnya bahagia saat itu, yakni kelas berkuda dan laboratorium ilmu pengetahuan. Grandin muda juga dibimbing oleh seorang guru yang juga bekerja untuk NASA bernama William Carlock untuk memenuhi keingitahuanya akan ilmu pengetahuan.

Saat musim panas, Grandin tinggal di peternakan bibinya di Arizona. Hal ini menarik perhatian Grandin lantaran di peternakan itulah ia mulai memahami bahwa hewan memiliki perilaku dan kebiasaan yang tidak disadari manusia.

Grandin mampu untuk memiliki ikatan perasaan dengan hewan ternak seperti sapi dan kuda. Bahkan ikatan tersebut jauh lebih damai ketimbang ikatanya dengan manusia.