Tes Masif dan Pembatasan Sosial, Cara Cegah Penyebaran Corona di Indonesia Agar Tak Semakin Parah

By National Geographic Indonesia, Kamis, 19 Maret 2020 | 10:16 WIB
Ilustrasi virus corona yang menyerang organ tubuh ()

“Pemerintah bisa membuat kebijakan kerja dari rumah, kumpul-kumpul dan melarang acara-acara publik yang melibatkan usia produktif. Supaya jangan sampai mereka menulari orang yang daya tahan tubuhnya rendah dan menyebabkan penyebaran Covid-19 dan meningkatkan angka kematian,” tegas Nadia.

Sistem layanan kesehatan

Menurut Nadia, dari data sementara ini, kebanyakan infeksi Covid-19 bersifat ringan. Angka kematian meningkat kalau sistem layanan kesehatan tidak siap menghadapi lonjakan kasus.

Sebanyak 80,9% kasus infeksi Covid-19 hanya gejala ringan, cukup dirawat di rumah saja. 13,8% tergolong berat dan harus masuk rumah sakit. Sedang sisanya 4,7% kritis dan harus dirawat di Intensive Care UNIT (ICU).

Negara dengan sistem pelayanan yang siap angka kematiannya kurang dari 1%. Sedangkan, negara yang tidak siap, tingkat kematiannya mencapai 3.6%, dan rata-rata global 4.07 %. Tingkat kematian di Italia, Iran dan Indonesia sudah di atas rata-rata global, yaitu 7.71% (Italia), 6.11% (Iran) dan 8.3% (Indonesia) atau dua kali lebih tingkat kematian global.

Infeksi Covid-19 ini diperkirakan sudah menyebar di masyarakat dan dalam tahap community transmission atau penularan lewat komunitas. Saat ini, jumlah kasus sudah meningkat dan tidak diketahui rantai penyebarannya.

Tanpa intervensi dini berupa pembatasan sosial, tes massal dan karantina diri, maka kasus positif Covid-19 yang memerlukan layanan rumah sakit akan melonjak melebihi kapasitas. Hasilnya mudah ditebak: angka kematian makin tinggi.

Intervensi ini akan menekan puncak kurva menjadi lebih datar, yang berarti sistem layanan kesehatan akan siap menghadapi kasus Covid-19. Artinya juga akan menekan angka kematian.

Baca Juga: Karantina Wilayah Akibat Pandemi COVID-19, Polusi Udara Berkurang

Untuk mengurangi beban pada sistem layanan kesehatan atau tumpukan pasien di rumah sakit harus diberdayakan Puskesmas. Juga upaya merawat diri di rumah atau isolasi diri untuk kasus-kasus yang ringan. Rumah sakit memprioritaskan kasus sedang sampai berat. Kasus-kasus dengan gejala ringan sudah ada guidelinenya dari WHO: bisa dirawat di rumah.

Dan yang merasa sehat tetap tinggal di rumah agar tidak tertular dan menularkan orang lain. Karena 86% orang yang terpapar virus corona banyak yang tidak menunjukan gejala sama sekali alias minim gejala dan merasa sehat-sehat saja. Saat mereka keluar rumah tanpa sadar telah menyebar virus ke orang lain. Dan jika orang itu rentan dan punya masalah dengan system imunitas diri, maka ia akan jatuh sakit.