Bagaimana Pagebluk COVID-19 Dibandingkan dengan Flu Babi 2009?

By Fikri Muhammad, Kamis, 19 Maret 2020 | 17:43 WIB
Umat Muslim mengenakan masker setelah wabah koronavirus, saat mereka sholat di jalan Manama, Bahrain, 28 Februari 2020. ()

Berdasarkan nomer reproduksi dasar (R-nought value) flu babi 2009 kurang menular dibandingkan Covid-19. Untuk flu babi 2009 nilai R-nought value nya ialah 1,46 sementara Covid-19 nilainya antara 2 hingga 2,5 untuk saat ini. 

Baca Juga: Ini yang Kita Ketahui Soal 100 Korban Meninggal Karena Corona di AS

Strathdee juga mengatakan bahwa terdapat perbedaan cara saat menanggapi pagebluk H1N1 2009 dengan Covid-19. Khususnya Amerika Serikat yang lebih lambat dari negara lainya. Strathdee juga menambahkan bahwa AS lebih siap saat kemunculan virus H1N1 2009 ketimbang Covid-19.

Urutan genetik virus kedua pagebluk ini dilepaskan ke publik dengan kecepatan yang luar biasa, sehingga negara-negara bisa membuat tes diagnostik sesegera mungkin. 

Pada 24 April 2009 sembilan hari seetelah deteksi awal H1N1, CDC mengunggah urutan genetik virus berbasis data ke publik dan sudah mulai mengembangkan vaksin. Demikian pula pada 12 Januari 2020, lima hari setelah cronavirus baru diisolasi, para ilmuwan Cina menerbitkan urutan genetik virus.

Namun sejak itulah kesamaan mulai berhenti. Hal yang terjadi pada H1N1 tidak semudah itu terjadi pada Covid-19.

Kasus pertama Covid-19 di AS diidentifikasi pada 20 Januari 2020 dan Departemen Keseharan dan Layanan Kemanusiaan AS baru menyatakan Covid-19 sebagai darurat kesehatan pada 11 hari kemudian, yakni 31 Januari.

Sebaliknya saat flu babi 2009, darurat kesehatan justru dinyatakan dua hari setelah kasus AS pertama yang dikonfirmasi pada tahun 2009.

Dalam waktu empat minggu setelah mendeteksi H1N1 2009, CDC telah mulai melepaskan persediaan kesehatan dari persediaan mereka yang dapat mencegah dan mengobati virus. Serta, sebagian besar negara bagian di AS memiliki laboratorium yang mampu mendiagnosis H1N1 tanpa verifikasi dengan tes CDC.

Sementara itu, COVID-19 terus menyebar dan tidak terdeteksi selama berminggu-minggu. Pada 5 Februari, CDC mulai mengirimkan kit diagnostik untuk 2019-CoV-2 ke 100 laboratorium kesehatan di AS. Namun sebagian besar lab menerima kit yang salah sehingga menyebabkan penundaan besar dalam memerangi virus. 

Pengujian lanjutan pun harus dilakukan secara ekslusif di markas besar CDC sampai mengembangkan dan mengirimkan kit pengganti.

Pada 10 Maret 2020, tujuh minggu setelah kasus pertama yang dikonfirmasi di AS, CDC mengumumkan bahwa 79 laboratorium kesehatan di negara bagian dan lokal Amerika Serikat dapat menguji orang untuk COVID-19. Tetapi beberapa laboratorium sudah kehabisan persediaan untuk menjalankan tes.

Baca Juga: Membuat Hand Sanitizer dari Tanaman di Sekitar Kita, Begini Caranya

Strathdee yang juga seorang Dekan Asosiasi Ilmu Kesehatan Global di Universitas California San Diego itu berkata bahwa seharusnya flu babi 2009 menjadi tanda peringatan untuk menghadapi kasus Covid-19.

"Pandemi H1N1 2009 seharusnya menjadi tanda peringatan. Itu tidak berakhir menjadi pandemi yang menewaskan jutaan orang seperti yang kita khawatirkan, tetapi seharusnya menjadi peringatan. Dari semua perkiraan yang serius, COVID-19 akan menjadi pembunuh utama." ucap Strathdee di halaman livescience (19/03/2020).

Namun, Strathdee juga mengatakan bahwa kekayaan informasi teknologi sekarang membuat pengetahuan tentang virus justru lebih cepat menyebar ketimbang virus itu sendiri. Pengembangan vaksin juga lebih cepat dan percobaan pertama kandidat vaksin juga sudah berlangsung. 

"Akan membutuhkan waktu untuk vaksin dan perawatan dapat dipelajari dan ditingkatkan," katanya. "Jadi sementara itu, kita semua harus melakukan bagian kita dan tinggal di rumah." tutup Strathdee.