Nationalgeographic.co.id - Presiden Joko Widodo pada Minggu (15/3/2020) mengimbau masyarakat Indonesia untuk mengurangi aktivitas di luar rumah guna mencegah penyebaran pandemi COVID-19. Senada dengan hal tersebut, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan juga secara reaktif menerapkan kebijakan untuk mengurangi kegiatan di luar rumah sejak (16/3/2020) yang akhirnya berpengaruh pada polusi Jakarta.
Dilansir dari AirVisual, pada Senin (23/3/2020), polusi Jakarta terpantau berstatus sedang dengan Indeks Kualitas Udara (AQI) US tercatat sebesar 85 dan konsentrasi parameter PM 2.5 sebesar 27,9 µg/m³.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa konsentrasi parameter PM2.5 di Jakarta di bawah rata-rata sepanjang tahun 2017 hingga 2018. Selain itu, kualitas udara Jakarta diprediksi akan semakin membaik pada Jumat (27/3/2020).
Baca Juga: Berikut Sejumlah Pembaruan dari WHO Terkait Pandemi COVID-19
Dodo Gunawan, Kepala Pusat Perubahan Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa secara kualitatif, terutama setelah anjuran pemerintah provinsi DKI untuk melakukan kegiatan #DiRumahAja, udara di Jakarta membaik.
“Dalam jangka panjang, jika kondisi seperti ini dapat dipertahankan, yang jelas berpengaruh langsung terhadap pengurangan polusi udara,” ungkap Gunawan saat dihubungi National Geographic Indonesia.
“Dampak berikutnya adalah emisi gas rumah kaca menjadi lebih sedikit, sehingga dapat mengurangi ancaman perubahan iklim,” imbuhnya.
Baca Juga: Polusi Jakarta Terburuk Sedunia, Ternyata Kendaraan Penyebab Utamanya
Meski begitu, Gunawan mengatakan bahwa kondisi Maret 2020 mungkin juga dipengaruhi oleh musim. “Musim hujan biasanya menjadi lebih bersih,” ujar Gunawan.
Ke depannya, BMKG akan membandingkan data yang lebih jelas mengenai perubahan polusi di Jakarta selama Maret 2020.