Nationalgeographic.co.id - Dalam jurnal di Prosiding National Academy of Sciences, tim peneliti melaporkan penemuan cacing berusia 555 juta tahun yang dikenal sebagai Ikaria wariootia, yang merupakan hewan bilateria paling awal yang diketahui dan dipercayai sebagai nenek moyang dari semua binatang modern.
Telah lama diduga bahwa serangkaian lubang fosil di dalam endapan di Nilpena, Australia Selatan, dibuat dan dibentuk oleh hewan bilateria kuno. Sayangnya, para ilmuwan sampai sekarang belum menemukan sisa-sisa hewan tersebut.
Baca Juga: Penemuan Fosil di Skotlandia Menyingkap Adanya Parade Dinosaurus
Namun, setelah memperhatikan jejak oval kecil di dekat beberapa lubang tersebut, tim peneliti kemudian menggunakan pindai laser tiga dimensi untuk mengungkapkan bentuk dari beberapa spesimen kecil tersebut. Semuanya menunjukkan kepala dan ekor yang berbeda.
Bervariasi dari 1,9 hingga 6,7 milimeter, Ikaria menunjukkan otot yang beralur, yang memungkin untuk bersembunyi menggunakan mode penggerak yang disebut peristaltik, dengan mengontraksikan otot-ototnya dengan cara yang sama seperti cacing modern. Ini menciptakan pergerakan yang terarah ke depan untuk mencari bahan organik untuk dimakan.
Perpindahan sedimen di dalam liangnya mengungkapkan bahwa ia memang makan saat bepergian, dengan bukti mulut di satu ujung, anus di ujung lainnya, dan semacam usus yang menghubungkan keduanya. Tidak seperti cacing yang ada pada saat ini, Ikaria dipercayai juga memiliki peralatan sensorik dasar yang memungkinkannya untuk mendeteksi keberadaan makanan dan mengarahkan gerakannya ke arah tersebut.
Baca Juga: Arkeolog Temukan ‘Rumah’ Zaman Es yang Tersusun dari Tulang 60 Mamut
Pemimpin penelitian ini, Mary Droser menjelaskan dalam sebuah pernyataan bahwa hewan bilateria kuno ini adalah fosil tertua yang didapatkan dengan sangat kompleks, dan penemuan binatang seperti Ikaria wariootia ini memberi wawasan kepada kita untuk memahami tentang bagaimana kehidupan di Bumi berevolusi.