Bagi Para Buruh Pakistan di Dubai, Gulat Kushti Adalah Kehidupan

By Gita Laras Widyaningrum, Minggu, 22 April 2018 | 14:01 WIB
Gulat khusti (Karim Sahib)

Setiap Jumat sore, di wilayah Deira, Dubai, lapangan berpasir diubah menjadi ringpertandingan. Itu adalah malam gulat kushti dan Kala Pehlwan siap untuk bertarung.

Saat matahari tenggelam di bawah pohon-pohon palem yang menjulang tinggi, puluhan  pria – mengenakan tunik atau kaus – mulai membentuk lingkaran.

Kebanyakan dari mereka adalah orang Pakistan dan India di wilayah perbatasan Punjab, tempat di mana gulat kushti merupakan hobi yang sangat disukai penduduknya. Pria-pria ini hidup di Dubai dan menjadi tenaga kerja andalan Uni Emirat Arab.

(Baca juga: Mengintip Kehidupan Orang-orang Siddi di India)

Sesaat sebelum pertandingan dimulai, para pegulat veteran yang saat ini menjadi wasit, menuangkan air di bagian dalam ring untuk mengurangi debu.

Tak lama setelah itu, lonceng berbunyi tanda gulat kushti akan dimulai. Para pegulat membuka pakaian mereka tanpa malu-malu, menyisakan celana dalam berwarna kuning, merah, atau bahkan dengan motif bunga.

“Kala Pehlwan dan Suhail, segera masuk ke dalam ring!” teriak salah satu pria.

Saling menatap tajam, mereka lalu menggait tubuh satu sama lain dan melumuri tubuh dengan pasir – cara terbaik untuk melawan keringat yang keluar.

Gulat khusti (Karim Sahib)
Para pegulat bertarung di dalam ring. (Karim Sahib/AFP)

Pegulat yang dinyatakan menang adalah ia yang berhasil menjatuhkan punggung lawannya ke tanah dalam waktu kurang dari 20 menit. Jika gulat berlangsung lebih dari 20 menit, maka wasit akan menyatakan seri.

Pada sore itu, Kala Pehlwan kalah. Ia merasa dikuasai dan diberikan sebuah tantangan: “Temukan petarung yang bisa mengalahkanku,” ejek lawannya.

‘Saya terkenal’

Di atas deretan kios-kios yang penuh dengan ikan segar dari Oman, Sri Lanka, dan sekitarnya, terdapat papan yang bertuliskan nama pemiliknya. Di sini lah Pehlwan mengetahui tentang pertandingan kushti saat ia baru sampai di Dubai, enam tahun lalu.

“Kami memiliki koneksi dengan para buruh Pakistan di pasar ikan ini,” katanya.

“Mereka mengenali dan mengetahui namaku. Dan jika ada masalah, mereka datang membantu karena aku terkenal,” cerita Kala Pehlwan sambil tersenyum lebar.

Gulat khusti (Karim Sahib)
Kala Pehlwan di tempat kerjanya di pasar ikan. (Karim Sahib/AFP)

Saat kalah di pertandingan lalu, Pehlwan mendapat tantangan dari lawannya. Ia diminta untuk mencari seseorang yang bisa mengalahkan pemenang tersebut. Bersama dengan teman-temannya, Kala Pehlwan menjalankan sebuah rencana: mereka akan menemukan penantang – bukan dari Dubai, tapi dari kampung halamannya di Muzaffargarh, Pakistan.

Dalam beberapa hari, mereka telah mengumpulkan uang sebanyak 50-100 dirham untuk membayar tiket pesawat.

Saat sudah sampai di Dubai, si penantang, Mohammed Shahzad, mengatakan, ia sama sekali tidak ragu saat menerima telepon Kala Pehlwan.

“Pegulat lain mengalahkan temanku dan menantangnya untuk menemukan petarung yang lebih hebat…..jadi, aku datang ke Dubai,” kata Shahzad bangga.

Tanpa kushti, tidak ada kehidupan

Kala Pehlwan mengatakan, gulat kushti merupakan cara hidup penduduk Muzaffargarh.

“Di kota kami, ada tradisi untuk mempelajari gulat. Semua orang tumbuh dengan kushti. Mereka tidak memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi obat-obatan terlarang. Semuanya berusaha tetap fit untuk bertarung,” paparnya.

Pria yang memiliki nama asli Mohammed Arsalan ini, menerapkan hal yang sama. Ia mengatakan, diet yang baik, dan latihan rutin merupakan kunci kesuksesan.

Tinggal di pasar ikan menjadi keuntungan sendiri baginya. “Ikan adalah makanan kesukaan saya. Ini makanan tersehat di Dubai. Kami mendapatkan ikan gratis di penghujung hari,” papar Pehlwan.

Gulat khusti (Karim Sahib)
Kala Pehlwan mengatakan, melakukan gulat khusti adalah cara mereka melepas stres kerja. (Karim Sahib/AFP)

Bagi Kala Pehlwan dan teman-temannya, Dubai merupakan tempat sementara di mana mereka mengumpulkan uang sebelum kembali pulang.

Mereka bekerja keras dan memiliki jam tidur berubah-ubah.

“Kami semua memiliki pekerjaan di sini. Kebanyakan adalah kuli pengangkat barang, dan sisanya di pasar ikan,” kata Mohammed Iqbal, mentor Pehlwan dalam gulat kushti.

“Kushti merupakan tradisi kami. Dan itu cara kami menghilangkan stres,” tambah Iqbal.

Lebih bermanfaat

Iqbal telah menekuni gulat di Dubai selama lebih dari dua dekade sebelum ia menurunkan keahliannya kepada generasi di bawahnya.

Setiap sore, sebelum bekerja, Iqbal menyediakan waktu untuk melatih anak-anak muda Pakistan untuk berlatih gulat kushti.

(Baca juga: Misteri Identitas Mumi Berusia 4000 Tahun Terpecahkan)

“Tidak sulit mendapatkan lokasi untuk melakukan gulat khusti karena di Dubai semua orang membutuhkan hiburan. Mereka menyemangati kami. Pemerintah mengatakan, mengadakan pertarungan seperti ini lebih baik dibanding bertengkar dengan penuh amarah di lingkungan kerja,” kata Iqbal.

Kala Pehlwan mengatakan, ia bisa mendapakan 500-600 dirham (Rp750-850 ribu) jika menang. Meskipun begitu, menurutnya, gulat kushti bukanlah tentang uang.

“Kami tidak akan bisa menikmati hidup dan memiliki hari yang baik apabila tidak melakukan gulat khusti di Dubai,” ujarnya.