Mengenal Zoonosis, Penyakit yang Menular dari Hewan ke Manusia

By Fikri Muhammad, Selasa, 7 April 2020 | 15:08 WIB
Seorang peneliti di Gunung Morungole, Uganda memeriksa kelelawar untuk tanda-tanda malaria, Zika, dan patogen lainnya. ()

Nationalgeographic.co.id - Zoonosis adalah jenis penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia. Hampir 16 persen dari semua kematian di seluruh dunia dapat dikaitkan dengan penyakit menular. Dan menurut  Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat, 60 persen penyakit menular merupakan zoonosis. 

Dilansir dari laman National Geographic, zoonosis dapat ditularkan dalam berbagai cara, termasuk gigitan binatang dan serangga, mengelus atau menangani hewan yang sakit, mengonsumsi daging kurang matang, susu yang tidak dipasteurisasi, serta dari air yang terkontaminasi.

Dari sanalah jenis-jenis patogen dapat ditularkan oleh hewan ke manusia termasuk bakteri, parasit, jamur, dan virus. 

Beberapa penyakit zoonosis relatif tidak berbahaya. Namun, ada juga yang mematikan seperti COVID-19 yang sampai saat ini menelan puluhan ribu korban jiwa di seluruh dunia.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Mikrob yang Bisa Mengurai Sampah Plastik, Seperti Apa? 

Teori tentang asal-usul virus corona dijelaskan oleh peneliti dalam dua skenario pada publikasi Nature Medicine. Pertama, bahwa virus membuat lompatan dari hewan (kelelawar) ke manusia di pasar satwa liar Wuhan, Cina pada akhir 2019. Skenario ini bernama seleksi alam pada inang hewan sebelum transfer zoonosis.

Kedua ialah peristiwa zoonosis dari genom leluhur yang mirip COVID-19 dan beradaptasi secara tidak terdeteksi. Menghasilkan penularan dari manusia ke manusia selama periode yang panjang. Kasus ini seperti penularan MERS-CoV dari unta dromedaris sebagai inang perantara ke manusia. Skenario ini bernama seleksi alam pada manusia mengikuti transfer zoonosis. 

Sementara itu, penelitian OXFORD Academic mengatakan bahwa leluhur virus corona berasal dari keluarga Coronaviridaem sub famili Coronovirinae.

Diantara empat genus yang termasuk subfamili ini, hanya Alphacoronavirus dan Betacoronavirus yang menarik bagi virologi klinis dan manusia. Inang natural dari keduanya ialah kelelawar dan menularkan virus seperti HCoV-NL63, HCoV-229E, SARS-CoV, dan MERS-CoV .

Keragaman genom yang tinggi antara COVID-19 dengan leluhurnya dapat meningkatkan resiko penularan antarspesies. Munculnya COVID-19 menyoroti pentingnya kelelawar sebagai reservoir bagi virus baru yang mampu menginfeksi manusia. 

Namun, hal itu juga berfungsi untuk merancang studi dan strategi guna mencegah munculnya agen zoonosis baru di masa depan.

Maka itu, pentingnya meningkatkan upaya & pemahaman lebih terkait karakterisasi virome hewan yang berbeda, untuk mempelajari virus dan adaptasi terhadap inang alaminya (kelelawar).

Baca Juga: Lukisan Van Gogh Dicuri Saat Museum Belanda Tutup Karena COVID-19

Penyakit zoonosis lain yang terkenal ialah Ebola atau secara resmi disebut Zaire ebolavirus. Diperkirakan penyakit ini dibawa oleh kelewar lalu ditularkan ke hewan lainya seperti simpanse, gorila, duiker, bahkan hewan ternak seperti babi. Hewan-hewan tersebut kemudian menularkanya pada manusia yang melakukan kontak langsung atau memakan mereka.

Virus ini menyebabkan penyakit parah dan fatal yang menyebabkan demam, mudah letih, diare, muntah, sakit perut, pendarahan, dan memar. Rata-rata gejala muncul antara delapan hingga 10 hari setelah terinfeksi.

Ebola menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh. Seperti darah, urin, feses, muntah, ASI, dan air liur dari orang yang sakit atau meninggal karena Ebola.

Virus masuk ke tubuh melalui luka di kulit atau melalui selaput lendir, seperti yang ada di mata, hidung, atau mulut. Jarum atau jarum suntik yang terkontaminasi juga dapat menularkan virus, dan ada kemungkinan kuat bahwa itu juga dapat menyebar melalui kontak seksual. Selain itu, virus ini dapat bertahan dalam air mani, bahkan setelah dia pulih darinya.

Adapula penyakit Lyme yang disebabkan oleh kutu rusa. Ia menempel pada kulit manusia, memotong kulit, dan memasukan tabung makananya. Jika kutu membawa bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme maka seseorang itu terkena zoonosis.

Penyakit Lyme disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi dan Borrelia mayonii. menurut CDC (Center for Disease Control and Prevention), penyakit ini memiliki gejala yang khas termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, dan erythema migrans. Jika tidak diobati, infeksi dapat menyebar ke persendian, jantung, dan sistem saraf.

Zoonosis, penularan penyakit dari hewan ke manusia ()

Manusia hidup berdampingan dengan hewan. Bahkan jika ia tidak memiliki peliharaan atau ternak, ia masih menjumpai tikus atau kutu di rumah mereka. Beberapa hewan yang bisa menularkan penyakit zoonosis diantaranya sebagai berikut.

Kucing, dapat menularkan toxoplasmosis, Pasteurella, dan kurap. Kelelawar dapat menularkan Ebola, SARS, MERS, rabies, virus Nipah, virus Hendra.

Lalu ada anjing yang dapat menularkan rabies, norovirus, Pasteurella, salmonella, kurap, dan cacing tambang. Terakhir, ada kutu yang dapat menularkan penyakit Lyme, demam Rocky Mountain, dan penyakit Powassan.

Baca Juga: Perusahaan Ini Kembangkan Magic Mushroom yang Berikan Dampak Positif

Cara-cara untuk menghindari kontaksi dengan zoonosis menurut CDC ialah cuci tangan dengan sabun atau penyanitasi tangan setelah melakukan kontak dengan hewan. 

Kemudian, jauhkan unggas, tikus, reptil, dan amfibi dari wajah. Pakailah pakaian dan oleskan semprotan yang mencegah gigitan nyamuk, caplak, dan kutu. Serta, Hindari gigitan dan goresan dari hewan.

Waspadai hewan yang dapat menularkan penyakit zoonosis di tempat-tempat seperti kebun binatang atau pameran hewan atau di tempat penitipan anak dan sekolah.