Nationalgeographic.co.id - Di Desa Kaithi wilayah Bundelkhand, India Tengah Utara, hanya ada satu keran bersama untuk setiap lima rumah tangga. Selama dua dekade terakhir, Bundelkhand memang mengalami kekeringan selama 13 kali. Hal ini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakatnya.
Penyebaran COVID-19 yang cepat menyebabkan orang-orang di Kaithi dan desa lainya menghadapi pilihan yang dilematis: yakni mencuci tangan atau menjaga jarak fisik. Kedua hal tersebut sulit dipraktikkan pada saat yang bersamaan.
"Kami tidak mengizinkan orang banyak untuk berkerumun di sekitar keran dan berusaha mencuci tangan sebanyak mungkin," kata warga Kaithi, Mangal Singh dilansir dari laman National Geographic (07/04/2020).
Singh meninggalkan pekerjaanya sebagai seorang supir di Delhi untuk kembali ke desa asalnya sekitar dua minggu yang lalu, tepat sebelum Perdana Menteri Narendra Modi memerintahkan 1.3 miliar warga India untuk tinggal di rumah selama setidaknya tiga minggu.
Baca Juga: Wabah COVID-19, Emisi Karbon Alami Penurunan Terbesar Sejak PD II
Pada 31 Maret lalu, Kementerian Air India mendesak pemerintah negara bagian untuk menyebarkan pesan yang disetujui oleh para ahli dunia. Yaitu pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik berulang kali sepanjang hari.
UNICEF juga merekomendasikan cuci tangan selama pandemi COVID-19 setelah mengunjungi ruang publik atau menyentuh permukaan di luar rumah, batuk, bersin, menggunakan toilet, atau membuang sampah sebelum dan sesudah makan. Jumlah itu setidaknya 10 kali dalam satu hari.
Namun, menurut Nilanjana Bhowmick dalam tulisannya di National Geographic, bagi India dan banyak negara berkembang, pesan tersebut mengabaikan pertanyaan penting: bagaimana jika Anda tidak memiliki air bersih yang cukup?
Bhowmick menyampaikan, di pedesaan India, mencuci tangan adalah suatu kemewahan. Sebab, masing-masing keluarga yang mencuci tangan setidaknya 10 kali dalam satu hari bisa menghabiskan 80 liter air.
Tahun lalu, Chennai, kota terbesar keenam di India, kehabisan air selama musim kemarau yang berkepanjangan. NITI Aayog, sebuah lembaga think tank untuk pemerintah India merilis sebuah laporan krisis air yang sedang berlangsung di sana.
Setidaknya ada 82 persen rumah pedesaan atau 146 juta rumah yang tidak memiliki ledeng air. Lalu, ada 60 persen rumah tangga di perkotaan yang juga tidak memilikinya.
Masalah di India bukan hanya kekurangan infrastruktur. Menurut laporan Bank Dunia, lebih dari setengah distrik di India terancam oleh penipisan atau pencemaran air tanah.
Bahkan tahun ini, hampir 33 persen dari wilayah India sudah mengalami kekeringan sebelum musim panas.
Daerah yang terkena dampak banyak dari pedesaan India. Mereka bergantung pada truk tangki air pemerintah untuk memberikan maksimum 20 hingga 25 liter per orang dalam satu hari. Ukuran ini cukup untuk mencuci tangan mencegah COVID-19 tetapi jika penduduk desa tidak melakukanya untuk hal lain.
Amar Habib, seorang pemimpin gerakan petani lokal mengatakan bahwa di negara bagian tempat Habib tinggal dan kerja di Marathwada juga terdampak kekeringan. Truk pemerintah seringkali tidak muncul di desa. Bahkan menurutnya, cuci tangan selama 20 detik adalah hal yang tidak masuk akal.
"Pedesaan India tidak memiliki cukup air untuk terus mencuci tangan setiap hari," ucap Habib di National Geographic (07/04/2020).
Kelangkaan air di pedesaan India juga dibarengi dengan sikap orang pedesaan acuh terhadap kebiasaan mencuci tangan. Menurut survei pemerintah, sekitar 70 persen dari mereka mencuci tangan tanpa sabun sebelum makan, sementara lebih dari 30 persen lainya mencuci tangan setelah buang air besar.
Kurangnya kesadaran kebersihan tangan membuat masyarakat desa rentan terhadap penyakit menular. Di India, hampir 21 persen penyakit menular termasuk kolera, disentri, hepatitis A, dan tifus ditularkan melalui air yang dapat dicegah bila mencuci tangan dengan lebih baik.
Baca Juga: Sejak 1976, Sejarawan Ini Sudah Peringatkan Soal Pandemi dari Mutasi Virus Influenza
Infrastuktur juga menjadi hal yang penting. Sebuah laporan yang dirilis oleh WHO dan UNICEF mengatakan bahwa pada 2017, tiga miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki fasilitas dasar di rumah untuk mencuci tangan dengan sabun dan air. Lebih dari 670 juta orang masih buang air besar di tempat terbuka dan 700 juta lainnya menggunakan fasilitas yang kurang baik dan tidak bersih.
Yusuf Kabir, seorang spesialis WASH di UNICEF Maharashtra mengatakan kepanikan COVID-19 justru menghadirkan "peluang unik" untuk meyakinkan masyarakat guna meningkatkan kebersihan mereka.
"Hal ini memungkinkan untuk mempertahankan rutinitas cuci tangan yang baik dengan air yang terbatas," kata Kabir.
Sebelumnya, Perdana Menteri Modi, menanggapi krisis pada 2019, berjanji akan menyediakan air pipa untuk setiap rumah tangga di pedesaan dengan kecepatan 55 liter air per orang pada tahun 2024.
Hadirnya COVID-19 diyakini membawa manfaat pada kebersihan masyarakat ketika pandemi berlalu, menurut CEO Water Aid India V.K Madhavan.
"Kebersihan tangan berpotensi menjadi bagian dari perilaku seseorang," ucap Madhavan di halaman National Geographic.