Nestapa Warga Akibat Pencemaran Limbah Aki Bekas di Kabupaten Bogor

By Rahmad Azhar Hutomo, Senin, 13 April 2020 | 21:44 WIB
Ridho pun tak bisa berkomunikasi secara lancar, bahkan ia sering kejang-kejang mendadak. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia.)

Desa kami telah terkontaminasi dampak dari peleburan aki bekas. Pencemaran limbah ini menjangkau radius kurang lebih 20 km dari pabrik pengolahan. 

Kami menghuni Desa Cinangka, Ciampea, Kabupaten Bogor. Kami selalu khawatir dampak pencemaran itu terhadap generasi penerus.

Bagaimana tidak? Zat berbahaya seperti timbal (pb) dan zat arsenik yang tiap hari kami konsumsi bisa saja berdampak kerusakan syaraf, penurunan IQ, bahkan kematian.

Baca Juga: Limbah Domestik Masih Dominan dalam Pencemaran Lingkungan Indonesia?

Muhammad Ridho Fadillah adalah saksi nyata korban limbah peleburan aki bekas. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia.)

Pada 1990-an, puluhan pabrik pengolahan aki bekas pernah beroperasi di sekitar desa kami. Kondisi ini membuat desa kami berselimut awan hitam pekat, sekali menarik nafas terasa sesak di dada.

Asap yang selalu mengepul diatas desa mencemari udara, begitu pun dengan air limbah yang mengalir di sungai akan mengendap di tanah.

Limbah ini dapat menyebar ke manusia melalui sistem pernapasan dan menyebabkan gangguan kesehatan.

Baca Juga: Kenali Barang-Barang di Sekitar Kita yang Mengandung Limbah B3

Ridho sendiri tanpa teman di kamarnya. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia.)

Menurut data sebuah LSM yang meneliti desa kami secara berkelanjutan, desa Cinangka mengandung 100.000 ppm timbal dan 3.700 ppm arsenik. WHO menetapkan standar, yaitu 400 ppm untuk timbal dan 2 ppm untuk arsenik. Sungguh kondisi yang mengerikan.

Kekhawatiran kami menjadi kenyataan. Dari 240 anak yang diamati, sebanyak 12 anak (5 persen) terlahir berkebutuhan khusus.