8 Tahun di Penjara, Ko Bo Kyi Beri Tips untuk Bertahan Selama Isolasi

By Fikri Muhammad, Kamis, 16 April 2020 | 11:27 WIB
Ko Bo Kyi berfoto bersama dengan foto-foto tahanan politik Myanmar di Thailand pada Oktober. 10, 2007. (Tom Stoddart)

Nationalgeographic.co.id - Sebagai seorang aktivis di bawah pemerintahan militer di Myanmar, Ko Bo Kyi menghabiskan sebagian besar waktunya di tahun 1990-an di penjara, termasuk setahun lebih isolasi sel. 

Mantan tahanan politik dan ketua Association for Political Prisoners of Burma (AAPP-B) itu disimpan di sel kecil selama 23 jam 40 menit setiap harinya. Sel itu berukuran 8x12 kaki dengan tikar, mangkuk untuk toilet, dan makanan yang disediakan oleh keluarganya.

Hampir setiap hari, ia tidak diizinkan menggunakan bantal dan melihat manusia lainya.

"Saya tidak diizinkan menggunakan bantal karena itu dianggap mewah. Saya hanya melihat keluarga saya selama 15 menit setiap dua minggu. Hampir setiap hari berlalu tanpa melihat manusia lain. Saya bosan. Saya kesepian. Tapi saya selamat," tulis Ko Bo Kyi di halaman Time (14/04/2020).

Baca Juga: Hoaks, Xenofobia, dan Rasialisme dalam Sejarah Pagebluk Indonesia

Sekarang, karena pandemi COVID-19 banyak orang di seluruh dunia, bahkan mereka yang belum pernah mengalami jeruji besi pemerintahan militer dihadapkan pada karantina diri dengan waktu yang lama.

Lebih dari sepertiga dunia kini berada dalam kondisi karantina wilayah. Pada beberapa tempat tentara berpatroli di jalan-jalan dan jam malam diterapkan untuk menegakkan jaga jarak sosial.

Virus corona tidak mengenal batas negara, juga agama dan ideologi. Hal itu memengaruhi kita semua menurut Ko Bo Kyi.

Tinggal di rumah sendiri tentu berbeda jika dibandingkan dengan di borgol dalam sel tahanan. Kita masih bisa mengakses telepon pintar, media sosial, membeli dan membeli makanan daring. Keadaan ini tentu berbalik dengan Ko Bo Kyi saat itu yang hampir tidak memiliki kontak dengan dunia luar dan tidak diizinkan untuk membaca dan menulis. 

Namun, menurutnya masih ada kesamaan. Yakni, kegelisahan karena tidak tahu berapa lama situasi ini akan berlangsung. Setiap hari kita takut dan bertanya-tanya apakah kita akan selamat dari cobaan ini. 

"Ketika Anda kehilangan kebebasan, anda merasa takut, putus asa, dan tidak mampu untuk berguna. Anda merasa seolah-olah tidak bisa melindungi keluarga, orang yang Anda cintai atau bahkan diri sendiri. Setelah itu, Anda mungkin kehilangan kepercayaan diri," tutur Ko Bo Kyi.

Untuk itu, berikut adalah beberapa tips dan saran dasar yang Ko Bo Kyi tawarkan berdasarkan pengalamanya untuk bertahan di tengah situasi seperti ini: