Melepaskan Hewan ke Arktika Bisa Bantu Melawan Perubahan Iklim?

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 21 April 2020 | 16:17 WIB
Kawanan rusa kutub. (Federico Veronesi/Minden Pictures)
 

Hasilnya yang dipublikasikan pada Scientific Reports menunjukkan, jika emisi terus meningkat, maka akan ada kenaikan suhu sebesar 7 derajat Fahrenheit yang dapat menyebabkan sebagian permafrost mencair pada 2100. 

Sebaliknya, jika ada hewan penggembala yang hidup di tundra, suhu hanya akan naik 4 derajat Fahrenheit. Angka ini cukup untuk melestarikan 80% permafrost yang ada saat ini hingga akhir abad. 

Seberapa realistis kah metode ini untuk diterapkan? Beer menjawab bahwa ia belum yakin bisa membawa hewan-hewan kembali ke Arktika. "Saat ini, rata-rata ada 5 rusa kutub per kilometer persegi. Dengan 15 (rusa kutub) per kilometer persegi, menurut perhitungan kami sudah cukup untuk menjaga ketahanan 70% permafrost," papar Beer. 

Baca Juga: Lemur Ekor Cincin Gunakan 'Parfum' Wangi untuk Memikat Betina

Beer dan timnya menyadari beberapa efek samping dari pendekatan ini. Sebagai contoh, di musim panas, hewan-hewan akan merusak lapisan lumut pendingin tanah yang akan berkontribusi pada pemanasan tanah. Meski begitu, para peneliti menemukan bahwa efek pendinginannya di musim dingin jauh lebih baik daripada rusaknya tanah selama musim panas. 

"Jika secara teoritis kita mampu mempertahankan kepadatan hewan yang tinggi seperti di Pleistocene Park, apakah itu cukup baik untuk menyelamatkan permafrost? Jawabannya ya, itu berdampak pada 80% permafros di wilayah tersebut," kata Beer.

Langkah selanjutnya, Beer berencana berkolaborasi dengan ahli biologi untuk menyelidiki bagaimana hewan-hewan dapat tersebar dengan baik di area permafrost Arktika.