Siska Nirmala, Jalan-Jalan Minim Sampah Bisa Dilakukan Setelah Pandemi

By Fikri Muhammad, Minggu, 26 April 2020 | 11:01 WIB
Siska Nirmala ()

Nationalgeographic.co.id— Seperti apa dunia perjalanan wisata setelah pandemi? Akankah terjadi perubahan seiring dengan kesadaran global mengenai isu kesehatan? 

Perjalanan adalah kegiatan yang hampir ingin dilakukan oleh semua orang saat ini. Walaupun kita sudah punya destinasi perjalanan, kita tidak tahu apakah tempat itu sudah berubah atau tidak setelah pandemi.

Siska Nirmala Puspitasari penulis buku Zero Waste Adventure hadir dalam berbagi cerita yang digelar National Geographic Indonesia dan Saya Pilih Bumi pada 25 April silam. Pemantik diskusinya, Marti Karina selaku Marketing Communication National Geographic Indonesia. Tema sesi berbagi cerita itu bertajuk Inspirasi Perempuan untuk Perubahan Lingkungan.

Perempuan asal Bandung itu memaparkan bahwa akan ada perubahan tempat wisata. "Aturan akan lebih ketat dan orang akan lebih berhati-hati saat traveling. Dengan perubahan yang mungkin terjadi ini, sebagai seorang pejalan kita bisa tetap menjaga lingkungan," ucap Siska.

Baca Juga: Berkelana dari Kursi, Jadi Pejalan Bijak yang Memiliki Kebermanfaatan

Peralatan makan dan minum sekali pakai turut menyumbang jumlah sampah dunia. (curtoicurto/Getty Images/iStockphoto)

Secara kasat mata COVID-19 memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Alam menampakan wajah keceriaan dan hewan-hewan menunjukan dirinya. Apakah dampak itu akan terus terjaga?

Momen pasca virus nanti adalah momen menerapkan gaya petualangan baru menurut Siska. 

"Zero Waste Movement itu gerakan individu yang saya lakukan, lalu kepikiran inisiatif apa yang bisa lakukan agar tidak menghasilkan sampah. Bukan tentang jalan-jalanya tapi gaya hidupnya. Metode petualangan adalah cara tanpa menggurui orang lain," ucap Siska.

"Zero Waste is A New Normal," kata Siska. "Seperti responsible travel, slow travel, green traveling, volunturism, jalan-jalan minim sampah." Semua perjalanan itu saling berkaitan. responsible misalnya, kita melakukan perjalanan secara mendalam mengenali daerah yang kita kenali dan kita memikirkan lebih jauh sebenerya dampak yang kita datangi ke tempat wisata bagaimana. Setelah pandemi, kita bisa memberikan dampak pada destinasi yang kita datangi.

Slow travel, merupakan definisi perjalanan yang tidak terpaku pada waktu yang terbatas. Luangkan pada waktu yang cukup panjang. Karena hal ini bisa meminimalkan sampah saat bertualang. Begitu juga dengan perjalanan ramah lingkungan atau green traveling.

Volunturism ialah kita berpera pada tempat yang kita datangi dan jalan-jalan minim sampah adalah cara kita menjaga tempat destinasi yang kita kunjungi.

Perlengkapan zero waste kit. Cara untuk meminimumkan sampah atau menghindari sampah ialah dengan zero waste kit. Selalu bawa perlengkapan tempur untuk menghindari sampah (botol minum, wadah makan, kantong kain, toiletries, dll).

Jangan meninggalkan rumah pada masa pandemi. Kita harus sehat saat berkelana, selalu cuci tangan, dan gunakan masker. Destinasi terdekat, kaitanya dengan pasca pandemi, dan juga prinsip perjalanan yang bertanggung jawab dengan cara berkendara minim karbon. 

Empati pada warga lokal, bantu penjual-penjual kecil, penginapan-penginapan lokal, dll. Selain murah, juga membantu ekonomi masyarakat kecil.

Bagi orang-orang yang ingin memulai gerakan ini pada saat paska pandemi, Siska memberikan tips yang tepat untuk menjadi seorang Zero Waste Movement. "Saya memulai zero waste pada pendakian lima gunung Indonesia tanpa menghasilkan sampah 2013. Namun, saya harus mengubah dahulu keseharian saya yang saya mulai pada 2012. Seperti bawa botol sendiri, bawa bekal sendiri, dan menolak kantong plastik. Itu berjalan terus sampai sekarang," tutup Siska.

Marti Karina memberikan epilog pada akhir berbagi cerita itu. Selama pagebluk ini orang jadi lebih peduli dengan kesehatan dan lebih berhati-hati, kata Marti. Dia menambahkan bahwa perilaku itu merupakan langkah awal yang baik, dan bisa menjadi momen bersama untuk belajar menjadi pejalan yang bijak. Khusus untuk para petualang, ujarnya, "Terus meningkatkan sikap disiplinnya atas kepedulian lingkungan. Jangan tinggalkan kebiasaan baik yang telah kita lakukan selama pagebluk ini."Dia juga mengajak audiens untuk kembali mengingat pesan Siska bahwa apabila hendak berkelana, mulailah dari destinasi yang dekat. "Jadilah pejalan yang bijak. Bukan  sekadar kebutuhan konten tetapi juga harus memikirkan dampak positif apa yang bisa kita berikan ke lingkungan sekitar. Ada pelajaran yang dapat kita ambil di tiap destinasinya. Kemudian Marti mengutip penuturan Siska tentang upaya meminimumkan sampah, yakni "Cara bijak mengatasi masalah sampah adalah jangan memproduksinya."

National Geographic Indonesia dan Saya Pilih Bumi sepanjang tahun ini menggelar kampanye #PerempuanUntukPerubahan dan #BerbagiCerita. Gagasan baru ini dikemas dalam diskusi daring bertajuk "Inspirasi Perempuan untuk Perubahan Lingkungan" pada 25-26 April 2020. Sepanjang dua hari itu, enam perempuan  bercerita tentang gagasan dan upayanya mewujudkan Bumi yang lebih baik.

National Geographic Indonesia dan Saya Pilih Bumi sepanjang tahun ini menggelar kampanye #PerempuanUntukPerubahan dan #BerbagiCerita. Gagasan baru ini dikemas dalam diskusi daring bertajuk (National Geographic Indonesia)