Nationalgeographic.co.id - Manusia tidak bisa sendiri untuk menjelajahi Bumi. Butuh banyak peran dari berbagai pihak agar bisa sama-sama bekerja demi kebaikan dunia.
National Geographic Indonesia percaya bahwa dengan kekuatan ilmu pengetahuan, penjelajahan, dan bercerita maka kita bisa mengubah dunia. Untuk itu, kami mencoba menghubungkan para pejalan di seluruh negeri lintas geografi melalui kampanye Saya Pejalan Bijak.
Secara harfiah, umat manusia sudah melakukan perjalanan sejak jutaan tahun yang lalu. Bahkan, para manusia purba telah membangun komunitasnya dengan membentuk api unggun bersama.
Namun adanya pagebluk COVID-19 membuat para pejalan menunda aktivitas perjalananya. Sektor pariwisata pun kena imbasnya.
Baca Juga: 15 Kiat Menjadi Pejalan Bijak, Memaknai Hasrat Penjelajahan
Pada Minggu 12 April 2020 lalu, National Geographic Indonesia mengadakan diskusi daring berjudul Bincang Pejalan: Berkelana Dari Kursi Menjadi Pejalan Bijak. Forum ini membahas apa yang bisa dilakukan dan dimaknai oleh pejalan ditengah kondisi pagebluk ini.
Adapula pembicara yang hadir yakni Didi Kaspi Kasim selaku Editor in Chief National Geographic Indonesia, Mahandis Yoanata selaku Managing Editor National Geographic Indonesia, dan Ricky Martin, Photographer NatGeo Indonesia.
Berbicara kelana, maka umumnya kita berpikir untuk datang ke suatu lokasi. Berkontemplasi dan menemukan ide dan celah perbaikan dalam perjalanan itu. Namun, apakah kelana harus datang ke lokasi tertentu saja? Apakah ada hal lain yang bisa kita lakukan?
"Definisi kelana tidak harus mendaki gunung tertinggi atau menyelami laut terdalam, atau gua terpanjang di dunia. Dengan adanya wabah ini kita bisa berjalan di halaman sekitar. Kita pernah nggak memperhatikan serangga atau satwa di pekarangan kita?" kata Didi Kasim saat membuka pemaparan di Bincang Pejalan via Zoom (12/04/2020).
Menurut Didi, kita bisa melakukan perubahan walaupun sedang berada di rumah. Perjalanan-perjalanan yang lampau bisa kita unggah ke berbagai platform dengan format foto dan cerita yang baik. Hal itu akan meningkatkan daya khayal akan sebuah perjalanan bagi orang-orang yang melihatnya. Apalagi pada situasi seperti ini, di mana tenaga kesehatan memerlukan informasi yang menyenangkan. Selain itu, informasi tentang pelestarian alam juga penting untuk keselamatan Bumi.
"Ada persoalan Bumi tentang plastik. Kita harus melakukan perubahan, misalnya ada pariwisata, sebuah ceruk yang sangat masif. Kalau kita bisa mengubah sekelompok orang ini maka bisa menyelamatkan Bumi," ucap Didi.
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR