Meningkatnya Kadar Karbon Dioksida Membuat Kemampuan Berpikir Menurun

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 28 April 2020 | 20:36 WIB
Paparan partikel polusi udara dapat menurunkan fungsi otak. (Jaroslav Moravcik/Fotolia)

Nationalgeographic.co.id – Tidak hanya berdampak pada krisis iklim, tapi bahan bakar fosil juga membahayakan kemampuan berpikir kita.

Sebuah studi terbaru menyatakan bahwa konsentrasi karbon dioksida di dalam ruangan dapat mengganggu kemampuan kognisi manusia. Tentu saja, nasib suram ini dapat dihindari jika dunia berhasil mengurangi emisi karbon.

Udara dengan konsentrasi karbon dioksida yang tinggi dapat meningkatkan jumlah CO2 di dalam darah kita—mengurangi jumlah oksigen yang mencapai otak sehingga membuat kita sering mengantuk, cemas dan akhirnya mengganggu fungsi kognitif.

Efeknya sama dengan ‘kepala berkabut’ dan rasa kelelahan yang kita dapat setelah berdiam cukup lama di tempat pengap.

Baca Juga: Pandemi COVID-19 Sebabkan Limbah Infeksius, Bagaimana Penanganannya?

Sejak maraknya pembakaran bahan bakar dosil di abad ke-19, level karbon dioksida di atmosfer kita melonjak tajam dan mencapai 410 parts per million (ppm). Angka ini adalah yang tertinggi selama 800 ribu tahun terakhir.

Pada 2100, jumlah CO2 di luar ruangan diperkirakan akan mencapai 930 ppm. Jika tren ini terus berlanjut, maka konsentrasi di dalam ruangan pun bisa sampai ke angka 1400 ppm—jumlah yang belum pernah dihadapi manusia.

Sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal GeoHealth, menyatakan bahwa angka tersebut cukup untuk menurunkan kemampuan kognitif manusia. Mereka memperkirakan, kemampuan membuat keputusan dasar akan berkurang sekitar 25% dan kemampuan berpikir strategis berkurang 50%.

“Pada tingkat ini, beberapa studi telah menunjukkan bukti kuat tentang gangguan kognitif yang signifikan,” kata Anna Schapiro, wakil pemimpin penelitian sekaligus asisten professor psikologi di University of Pennsylvania.

“Meskipun beberapa literatur memiliki temuan yang saling bertentangan dan dibutuhkan lebih banyak penelitian, tapi itu menunjukkan bahwa pengambilan keputusan dan perencanaan sangat rentan terhadap peningkatan konsentrasi CO2,” tambahnya.

Baca Juga: 2019 Tercatat dalam Sejarah Sebagai Tahun Terpanas Benua Eropa

Tim peneliti mempelajari tren emisi global saat ini dan emisi perkotaan local untuk melihat bagaimana ini akan memengaruhi tingkat karbon dioksida di dalam dan luar ruangan, yang pada akhirnya berdampak ke kognitif manusia.

Mereka mengakui ini adalah masalah yang kompleks, sehingga penelitiannya mungkin belum memperhitungkan setiap variabel. Oleh sebab itu, studi lebih lanjut masih diperlukan.