Nationalgeographic.co.id - Sebuah laporan terbaru menyimpulkan bahwa 2019 merupakan tahun terhangat yang pernah tercatat di benua Eropa. Tejadi suhu tinggi di benua tersebut sepanjang tahun lalu.
Menurut laporan terbaru dari European State of the Climate 2019, yang dipublikasikan oleh Copernicus Climate Change Service (C3S), kondisi dan gelombang musim panas yang lebih hangat, berkontribusi besar dalam memecahkan rekor terpanas, mengalahkan ratusan catatan suhu sebelum-sebelumnya.
Selama dua dekade terakhir, ada 11 hingga 12 suhu terhangat di Eropa. Namun, hasil analisis jangka panjang menunjukkan bahwa peningkatan pemanasan telah terjadi dalam 40 tahun terakhir.
Ilmuwan iklim mencatat, temuan ini menunjukkan bahwa iklim telah berubah--baik di tingkat Eropa maupun di seluruh dunia, yang dapat memiliki implikasi jangka panjang bagi kesehatan manusia dan ekonomi global.
Baca Juga: Terancam, Megafauna Laut Benar-benar Bisa Punah Pada Seabad Mendatang
Direktur C3S, Carlo Buontempo, mengatakan bahwa saat ini setiap orang memiliki akses ke informasi ini untuk membantu memahami implikasi jangka panjang dari perubahan iklim, dan apa yang dapat dilakukan organisasi dan individu untuk mengurangi dampaknya.
“Satu tahun dengan suhu hangat luar biasa bukan merupakan tren pemanasan, tetapi setidaknya memiliki informasi terperinci dari layanan operasional kami, yang mencakup banyak aspek berbeda dari iklim. Kami kemudian menghubungkan titik-titik tersebur untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana perubahannya,” jelas Carlo.
Beberapa wilayah di Eropa, suhu musim panasnya di atas 4°C lebih tinggi dari biasanya. Gelombang panas pada bulan Juni dan Juli di Inggris bahkan memecahkan delapan rekor suhu terhangat selama ini. Negara-negara lain, seperti Prancis dan Jerman, mengalami kekeringan musim panas yang mempengaruhi tutupan vegetasi.
Baca Juga: Gelagar-Gelagar Gunung Api Terdahsyat di Nusantara
Para peneliti berpendapat bahwa Eropa hampir mencapai ambang batas atas standar yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris 2015, yang bertujuan untuk menjaga suhu rata-rata global di bawah 2°C.
Ketika emisi gas rumah kaca terus meningkat, perubahan iklim juga mengubah pola curah hujan. November adalah salah satu yang ‘terbasah’ dalam catatan, terjadi hujan empat kali lipat dari jumlah normal di Eropa barat dan selatan.
Arktika juga terbukti lebih dingin beberapa tahun terakhir, 0,9°C lebih tinggi dari rata-rata. Dan gelombang panas di musim panas berkontribusi terhadap 217 miliar ton pencairan es permukaan di Greenland.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Aditya Driantama H |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR