Nationalgeographic.co.id - Letusan gunung api menyimpan beragam cerita dan kenangan. Apalagi di masyarakat negeri cincin api yang menyimpan ingatan masa lalu tatkala gunung api memuntahkan magmanya. Seperti lantunan gambang kromong Keramat Karam yang menggambarkan suasana meletusnya Krakatau pada 1883.
Berbicara Krakatau tentu masih lekat di benak kita saat dentuman misterius bermunculan di media sosial. Masyarakat mulai menebak-nebak dan bertanya darimana datangnya hal tersebut. Apakah itu sebuah halusinasi atau memang ada kaitanya dengan erupsi anak Krakatau. Fenomena itu menyebabkan paranoia ditengah masyarakat yang sedang berjibaku dengan pandemi virus corona.
Ya, masyarakat tentu sangat khawatir dengan sebuah bencana yang menentukan jalanya sejarah peradaban manusia. Banyak catata-catatan yang menyimpan kenangan katastrofi yang mengerikan. Maka itu, National Geographic Indonesia menjadikan tema ini sebagai bahan disuksi di bincang redaksi seri ketiga. Untuk mengupas pengetahuan yang lebih dalam soal katastrofi gunung api dan cerita yang menyelimutinya.
Baca Juga: Taman Nasional Yellowstone Bergerak Misterius, Apa Penyebabnya?
Pada Minggu 19 April 2020, Bincang Redaksi dengan judul "Gelagar-Gelagar Gunung Api Terdahsyat di Nusantara" tersebut mengundang Awang Satyana, seorang Geolog Indonesia dan Pegiat Geotrek Indonesia. Ia membicarakan 4 gunung api yang menyebabkan katastrofi yakni Toba, Samalas, Tambora, dan Krakatau.
Pada paparan pembukanya, Awang berbicara soal aktivitasnya di komunitas Geotrek Indonesia, sebuah komunitas nirlaba pecinta warisan sejarah alam dan budaya Indonesia. Tak hanya jalan-jalan saja, komunitas ini juga aktif mempublikasi jurnal ilmiah.
Kemudian paparanya masuk kepada pemahaman geologi gunung api di Indonesia. Ia menjabarkan teori lempeng teknonik. Sebuah lempeng yang duduk di atas batuan cair dengan densitas yang berat. Lempeng itu pasti mengalami pergerakan atau dalam istilah geologi dinamakan tektonik.
Dinamika tektonik itulah yang mengendalikan gempa, gunung api, dan gas bumi. Indonesia merupakan triple junction karena dijepit oleh tiga lempeng yakni Eurasia, Filipina, dan Australia.
Lempeng dan erupsi gunung api saling berhubungan, keduanya dapat memicu magma dari inti bumi keluar ke permukaan. Indonesia sendiri mempunyai 400 gunung aktif, termasuk yang sedang tidur dan yang sudah mati menurut Awang.
Terdapat empat gunung api yang menyebabkan erupsi terbesar di Nusantara dan dunia berdasarkan skala VEI, juga dengan julukanya masing-masing. Erupsi Toba (meletus 74.000 tahun lalu) berskala 8 VEI dengan julukan "menyebabkan bottle neck populasi manusia".
Samalas (1257) berskala 7 VEI dengan julukan "penyebab kelaparan di London", Tambora (1815) berskala 7 VEI dengan julukan "tahun tanpa musim panas", dan Krakatau (1883) berskala 6 VEI dengan julukan "35.000 orang tewas akibat erupsi dan tsunami).
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR