Setelah tiga bulan perbaikan untuk mengubah Schwabenland menjadi kapal pemecah es, kapten memulai pelayaran dari Hamburg pada 17 Desember 1938. Dia berangkat bersama krunya yang terdiri dari 82 ilmuwan, petugas dan tentara.
“Meski begitu, ada satu pejabat Nazi di atas kapal, sesuai dengan permintaan rezim. Ia mewajibkan semua yang ada di sana untuk mendengarkan siaran radio dan pidato Hitler sekitar waktu Natal,” jelas Lüedecke.
Kapal mencapai garis pantai Antartika sebulan kemudian. Mereka lalu mulai melakukan pengintaian udara menggunakan kapal terbang. Ini memiliki dua tujuan: memotret area demi penelitian ilmiah dan kartografi, serta mengklaim wilayah tersebut sebagai milik Nazi.
Namun, tidak semua hal bisa berjalan sesuai rencana. Pada salah satu penerbangan, para kru kehabisan bahan bakar dan terpaksa membuang perlengkapan tambahan untuk meringankan beban pesawat.
Salah satu barang yang dibuang adalah kotak logam swastika – simbol Nazi – yang tadinya dimaksudkan untuk disebar di wilayah Antartika sebagai penanda kepemilikan wilayah. Hingga saat ini, swastika-swastika tersebut tidak pernah ditemukan.
Meski begitu, menurut catatan sejarah Lüdecke, survei fotografi itu berhasil meliput sebagian besar Antartika dan menemukan area baru sebanyak 16%. Survei itu juga menambah lebih banyak teritorial Jerman pada masa itu.
Baca Juga: Lima Kisah Penyelamatan Paling Dramatis dalam Sejarah Dunia
Ekpedisi Schwabenland tidak berjalan lama. Mereka menyelesaikan pekerjaannya dan kembali ke Jerman pada 5 Februari 1939.
Meskipun kisah-kisah rahasia pangkalan Nazi atau teori koloni Antartika yang hilang masih ramai di internet dan menjadi bahan berita televisi, namun tidak ada bukti bahwa Hitler memiliki minat lebih lanjut terhadap benua itu setelah kepulangan timnya ke Jerman.
Beberapa catatan ilmiah dari ekspedisi ini bahkan hilang selama perang -- atau disembunyikan -- sebelum akhirnya dipublikasikan pada 1958. Jerman pun baru mendirikan pangkalan permanen pertamanya di Antartika pada 1981.