Pasar Rakyat Lasem Daring: Kami Memilih Menyalakan Lilin Kecil

By Agni Malagina, Jumat, 15 Mei 2020 | 11:38 WIB
Mukena Blue Series ini adalah produk kolaboratif Ekawatiningsi, Didiet Maulana (IKAT Indonesia), dan penjahit muda Lasem Tasya Eka Primayanti. (Model: Vera) (Sigit Pamungkas)

“Niat membuat pasar online ini sebenarnya sudah sejak dua tahun lalu. Namun baru bisa terwujud sekarang. Untuk membantu kawan-kawan pembatik di Lasem yang punya produk unggul," ujar Didiet Maulana kurator produk wastra Kesengsem Lasem sekaligus co-founder Kesengsem Lasem dan Yayasan Lasem Heritage. Dia menambahkan, "Juga kan sekarang PSBB ya, orang Lasem tidak bisa mudik Lebaran, kita pun tidak bisa berkunjung ke Lasem. Pasar online ini ya untuk obat kangen dan ada produk sajadah mukena. Bisa untuk bingkisan Lebaran."

Demikian pula pasar rakyat ini merupakan usaha Yayasan Lasem Heritage untuk mewujudkan visi misi yayasan.

"Usaha sosial kami sebelumnya digawangi oleh penjualan produk pariwisata, namun sejak 2 bulan lalu kegiatan pariwisata sudah mati. Kami harus bertahan," ungkap Gilang Surya Saputra, Ketua Yayasan Lasem Heritage.

Baca Juga: Mereka yang Tak Pernah Lelah Mempertahankan Batik Tiga Negeri Lasem

Gilang menambahkan bahwa Yayasan Lasem Heritgae bergerak di bidang pelestarian budaya dan pemanfaatan warisan budaya Lasem. Dia dan kawan-kawannya berusaha berkontribusi untuk masyarakat dengan cara membuka ruang-ruang diskusi untuk teman muda di Lasem dengan narsum kawan-kawan dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

"Sekarang melihat kondisi ekonomi seperti ini, kami berusaha membuat wadah pasar online ini. Keuntungannya kami gunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan edukasi dan lainnya,”ujar Gilang. "Kami memilih terang dan dukungan terbesar datang dari para enterprener."

Di “pasar digital” ini, para pengusaha lokal Lasem mendapat ruang bebas untuk memasarkan produk-produk mereka. Barang-barang yang bisa kita temukan, antara lain batik Lasem, cumi asin, hingga kecap manis khas Lasem.

Baca Juga: Ekawatiningsih Menjaga Rumah Kuna dan Warisan Batik Tiga Negeri Lasem

Khusus untuk para pengusaha dan pembatik batik Lasem, sebagian besar rumah batik telah mengurangi jumlah pembatik, atau bahkan menghentikan kegiatan membatik untuk sementara. Semua karena penjualan batik menurun anjlok sejak pandemi. Para perajin batik pun terancam kehilangan pekerjaan dan pendapatan.

“Corona ini nyaris membuat para pengusaha dan pembatik-pembatiknya kesusahan. Beberapa pengusaha menghentikan sementara produksinya, pembatik dirumahkan dan tidak mendapt uang harian seperti biasa. Penjualan online di IG atau FB ya tipis atau tidak ada. Tamu-tamu yang datang berwisata pun tidak ada," ungkap Didiet Maulana.

Dia mengharapkan Pasar Rakyat Lasem mampu membantu para entrepreneur lokal Lasem bertahan, terutama secara ekonomi, hingga pandemi berakhir. Pasar Rakyat Lasem akan tetap menjadi wadah etalase produk unggulan, unik dan memiliki nilai sejarah budaya Lasem yang dikurasi oleh tim kurator, demikian Didiet mengungkapkan hasratnya.

Baca Juga: Nyah Kiok dan Tujuh Bidadari Lasem, Kisah Batik Tiga Negeri Pantura

Indonesia ditakdirkan memiliki keragaman budaya dan keyakinan. Di sebuah gang kompleks Karangturi, Lasem, kerukunan senantiasa terpelihara meski mereka berasal dari beragam budaya. (Feri Latief/National Geographic Indonesia)

Hasil penjualan produk-produk yang ada di Pasar Rakyat Lasem seluruhnya diberikan untuk para pengusaha. Keuntungan dari penjualan produk akan digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan rutin Lasem Heritage Foundation – Kesengsem Lasem. Sejak 2016, komunitas ini telah menggelar beragam kegiatan seperti #kelaspelestarian, #klinikbelajar, pengembangan produk pariwisata interpretif dan kegiatan lain yang ditujukan untuk komunitas-komunitas di Lasem.

"Dengan berbelanja produk Pasar Rakyat Lasem maka Anda telah turut mencintai, melestarikan, dan memberikan harapan pada komunitas! Love it, preserve it, and gives hope to community!" pungkas desainer yang pernah berkolaborasi dengan pengusaha batik Lasem untuk acara peragaan busana bertema Kesengsem Lasem dalam acara UMKM Jateng Gayeng Bank Indonesia Jawa Tengah di Lawang Sewu pada 2019. 

Ketika pagebluk nyaris meredupkan rumah-rumah batik, tampaknya ada seberkas nyala kecil dari pecinan di tepian Jalan Raya Pos ini. Seorang penulis abad ke-19, William Lonsdale Watkinson, pernah berkata, “Jauh lebih baik menyalakan lilin ketimbang mengutuk kegelapan."