Mengapa Warga Tega Merisak Waria?

By National Geographic Indonesia, Sabtu, 23 Mei 2020 | 01:05 WIB
Waria Wanti Soraya membawa sembako untuk diantar ke rumah teman-temannya. (FERI LATIEF)

Baca Juga: Mengapa #DiRumahAja Bisa Membantu Menyelamatkan Nyawa Banyak Orang?

Di salon kecantikannya, Mama Ata dan teman-temannya saling membantu mengemas sambako untuk dibagikan. (FERI LATIEF)

Bantuan sembako dan uang tunai yang berlangsung tiap pekan ini sangat berarti bagi mereka. ”Bantuan ini menolong banget,” Salah satu waria bernama Wanti Soraya, “lumayan dari pandemik mulai ramai kita sudah mulai ada bantuan.”

Awalnya Rikky hanya ingin menyalurkan sembako dari kantong pribadi. Namun, dia berpikir apabila hanya membantu satu atau dua orang tentu tidak adil. Pasalnya, banyak waria yang memerlukan bantuan. Akhirnya ia mulai mendata jumlah waria yang tinggal di sana, lalu memulai menggalang dana.

“Sampai sekarang ada 200 orang dan lembaga. Sudah terkumpul uang sekitar 110 juta rupiah belum termasuk sembako. Jadi sembakonya lebih banyak lagi,” terang Rikky.

Mama Ata, waria yang dituakan di sana, membolehkan salon kecantikannya di Pasar Duri dijadikan sekretariat penggumpulan dan pembagian Sembako. Kebetulan usaha salonnya tutup karena pandemi. Dari salon itu sembako dikemas, lalu disalurkan ke komunitas waria.

Pada Rabu, 20 Mei silam, digelar penyaluran sembako dan uang tunai. Setiap waria menerima uang tunai Rp50.000, ditambah beras, mi instan, sekaleng biskuit, ikan sarden, telur, vitamin C, dan masker.

Gang sempit tempat sembako dibagikan, terasa semakin menyempit. Anggota komunitas mulai ramai berdatangan. Setiap waria yang menerima bantuan difoto dan didata untuk pelaporan kepada para donatur. Bukan hanya komunitas waria yang mendapatkan, tetapi juga warga sekitar—meski sekadar sekaleng biskuit.

Rikky berharap pandemi ini segera berlalu. Dia juga ingin komunitas waria bisa berkarya kembali. Selanjutnya, ia punya rencana untuk mendukung usaha kecil yang akan dilakukan komunitas waria.

“Kita tak selamanya memberi bantaun karena ada keterbatasan juga. Kita di sini berusaha mengembangkan juga bagaimana teman-teman bisa survive dengan kita meminjam uang untuk usaha mikro,” tandas Rikky.

Begitulah perjalanan hidup Rikky, yang awalnya perisak waria menjadi penolong waria. 

—Teks dan foto oleh Feri Latief