‘Api Zombie’ dari Tahun Lalu Berpotensi Timbulkan Kebakaran di Arktika

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 28 Mei 2020 | 15:51 WIB
Kebakaran yang terjadi di Greenland pada 2017, dilihat dari satelit. (NASA Earth Observatory/Jesse Allen)

Nationalgeographic.co.id – Sumber-sumber api yang sedang ‘tidur’ tersebar di sepanjang wilayah Arktika. Kini, para ilmuwan memperingatkan, mereka mungkin akan aktif kembali akibat suhu yang semakin menghangat dan kering.

“Dari hasil observasi satelit, diketahui bahwa ‘api-api zombie’ akan menyala kembali,” kata Mark Parrington, ilmuwan senior dan ahli kebakaran hutan dari European Union’s Copernicus Atmosphere Monitoring Service.

Titik-titik api—meskipun belum dikonfirmasi oleh pengukuran tanah—terkonsentrasi pada wilayah yang terbakar musim panas lalu. Diketahui bahwa 2019 ditandai dengan kebakaran yang belum pernah terjadi sebelumnya, melintasi petak-petak besar Siberia dan Alaska.

Baca Juga: Medan Magnet Bumi Melemah, Satelit dan Pesawat Luar Angkasa Alami Gangguan

Bulan Juni 2019 memiliki rekor suhu terpanas dalam 150 tahun terakhir. Itu menyebabkan kebakaran yang melepaskan 50 juta ton karbondioksida ke atmosfer—setara dengan emisi tahunan Swedia.

“Kita mungkin melihat efek kumulatif dari musim kebakaran tahun lalu. Dan ini akan terjadi di musim yang akan datang. Kemungkinan akan terjadi kebakaran dalam skala besar dan jangka panjang di wilayah yang sama, sekali lagi,” tambahnya.

Risiko kebakaran hutan meningkat dengan cuaca yang semakin panas dan kelembapan rendah.

“Ada suhu hangat luar biasa di Arktika yang menimbulkan banyak kekeringan. Ini membuat tanah gambut semakin mudah terbakar,” ungkap Mike Waddington, ahli

"Ada kehangatan yang luar biasa di Arktik yang akan menyebabkan banyak pengeringan, membuat tanah gambut matang untuk terbakar," ungkap Mike Waddington, ahli ekosistem DAS di McMaster University, Kanada.

“’Api zombie’ adalah api yang terus membakar di bawah tanah dan kemudian menyala kembali di permukaan setelah jangka waktu tertentu,” imbuhnya.

Api yang tersisa

Bara yang berada di tanah organik seperti tanah gambut, dapat terbakar beberapa minggu, bulan, bahkan bertahun-tahun kemudian.

Para ilmuwan yang memantau Alaska telah melihat fenomena serupa.

“Pemimpin pemadam kebakaran mencatat peningkatan kejadian di mana api padam di musim dingin, kemudian muncul kembali di musim semi berikutnya,” papar sebuah laporan dari Alaska Fire Science Consortium yang diterbitkan baru-baru ini.

Sejak 2005, para ilmuwan lapangan di Alaska telah mengidentifikasi 39 “api zombie” atau yang juga biasa disebut dengan “api yang tersisa”. Menyesuaikan hasil pengamatan tersebut dengan data satelit, mereka menemukan bahwa sebagian besar kebakaran terjadi dalam skala kecil—kurang dari 11 hektar. Meski begitu, ada tujuh titik yang mengalami kebakaran besar dan hasilnya terlihat dari luar angkasa.

Baca Juga: Penemuan Cacing Elvis, Spesies Baru Cacing Bersisik di Dasar Lautan

Kebakaran besar tahun lalu dipicu oleh suhu panas yang memecahkan rekor. Sebagian Siberia dan Alaska memiliki suhu 10 derajat Celcius lebih hangat dari biasanya selama berminggu-minggu.

Suhu di Greenland juga mempercepat pencairan lapisan es setinggi beberapa kilometer di pulau tersebut yang menyebabkan hilangnya 600 miliar ton massa es untuk tahun itu—menyumbang sekitar 40 persen dari total kenaikan permukaan laut pada 2019.