Mengapa Kita Membuat Bahasa Baru Selama Pandemi Virus Corona?

By Fikri Muhammad, Senin, 1 Juni 2020 | 12:21 WIB
Ilustrasi. (ijnet.org)

Secara keseluruhan, ada banyak kreativitas linguistik yang belum masuk ke kamus, tetapi mencerminkan peran bahasa novel sebagai mekanisme koping. Penggunaan linguistik inovatif itu menurut Lawson dapat membantu masyarakat di dunia untuk membicarakan hal yang sama. 

Baca Juga: Dadan Pramadi, Eksplorasi Fotografi Kacang di Tengah Pandemi

Seorang penulis bernama Karen Russell telah menemukan kata yang bisa dipakai bersama menurut Lawson di atas, seperti 'meratakan kurva' yakni istilah untuk meyakinkan pentingnya tindakan individu dan kolektif.

Tak kalah menarik ialah selalu ada emoji yang juga bermunculan selama pandemi ini. Seperti emoji tangan yang terlipat, emoji masker medis, dan emoji mikrob. Semuanya menjadi lebih populer selama pandemi.

Ahli bahasa percaya bahwa banyak istilah yang sedang populer saat ini tidak akan bertahan lama. Yang memiliki peluang lebih besar untuk bertahan pasca-pandemi adalah mereka yang menggambarkan perubahan perilaku yang langgeng. Seperti zoombombing yang dipengaruhi oleh kata photobombing. Yaitu praktik yang mengganggu video call orang lain.