Manusia, Ancaman Kepunahan Massal Keanekaragaman Hayati di Bumi

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 4 Juni 2020 | 11:05 WIB
Keindahan hutan. (Nate Johnston/Unsplash)

Sir Robert Watson, pemimpin Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), menyatakan bahwa kesehatan ekosistem tempat kita dan semua spesies lain bergantung, memburuk lebih cepat daripada sebelumnya,

"Kita sedang mengikis fondasi ekonomi, mata pencaharian, keamanan pangan, kesehatan, dan kualitas hidup di seluruh dunia," ungkap Watson dalam sebuah pernyataan.

Semua ancaman tersebut, langsung atau tidak langsung, membuat spesies hewan dan tanaman sulit bertahan. Sebagian besar dapat beradaptasi; sisanya lenyap.

Ilustrasi Harimau di habitat aslinya ()

Tingkat kepunahan yang ratusan—bahkan mungkin ribuan kali lebih tinggi—membuat peneliti mengatakan bahwa kita berada di ambang kepunahan massal keenam.

Studi terbaru yang dipublikasikan pada Proceedings of the National Academy of Sciences mengungkapkan bahwa Bumi saat ini memang sedang mengalami kepunahan massal keenam dengan tingkat kehilangan satwa liar dalam jumlah banyak yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak musnahnya dinosaurus 66 juta tahun lalu. Dan menurut mereka, proses kepunahan ini berlangsung semakin cepat.

Diketahui bahwa jumlah hilangnya verterbrata yang hidup di daratan meroket dengan kecepatan tinggi. Begitu pula ratusan spesies lain yang berada di jurang kepunahan.

Mereka menemukan bahwa setidaknya 515 spesies vertebrata darat memiliki jumlah populasi di bawah 1.000 dan bisa saja benar-benar hilang dalam dua dekade mendatang—mayoritas hidup di wilayah tropis dan subtropis di Amerika, Afrika, dan Asia.

Salah satu temuan studi tersebut adalah efek domino kepunahan yang terjadi pada spesies lainnya. Para peneliti menyebutnya “kepunahan menghasilkan kepunahan”.

Studi tahun 2015 melaporkan bahwa kepunahan massal keenam yang telah lama diprediksi sudah mulai terlihat. (Thinkstock)

Penyebabnya—sama seperti hasil penelitian-penelitian sebelumnya—adalah karena tekanan manusia. Termasuk pertumbuhan populasi, kerusakan habitat, perdagangan liar, polusi, dan perubahan iklim akibat aktivitas manusia.

Lima peristiwa kepunahan massal di Bumi sebelumnya disebabkan oleh kekuatan astronomis atau geologis, seperti perubahan iklim akibat erupsi gunung berapi atau tabrakan meteor. Namun, kepunahan massal yang terjadi saat ini hampir semuanya disebabkan oleh aktivitas manusia.