Nationalgeographic.co.id – Tumpahan bahan bakar yang belum pernah terjadi sebelumnya, mencemari bentang sungai Arktika. Menurut para pejabat Rusia yang memerintahkan peninjauan infrastruktur di zona rentan, itu disebabkan oleh permafrost yang mencair.
Tumpahan minyak di Norilsk, utara Rusia, yang telah mengubah warna saluran air tundra dengan bercak merah, menyoroti bahaya perubahan iklim bagi negara tersebut ketika wilayah-wilayah yang dikunci lapisan es selama berabad-abad mencair akibat suhu yang semakin menghangat.
Diketahui bahwa keadaan darurat tingkat nasional langsung diumumkan setelah 21 ribu ton bahan bakar diesel tumpah dari reservoir yang runtuh pada Jumat (29/5) lalu. Reservoir itu dimiliki oleh anak perusahaan Norilsk Nickel yang merupakan produsen nikel dan paladium terkemuka di dunia.
Baca Juga: Studi: Hutan Hujan Seluas Lapangan Bola Rusak Setiap Enam Detik
Tiga penyelidikan kriminal telah dilakukan, dan kantor kejaksaan umum Rusia mengatakan bahwa temuan-temuan awal mengindikasikan tanah yang menurun sebagai salah satu penyebab bencana.
Sebuah laporan ke Arctic Council pada 2017 menyatakan bahwa karena pemansan global dan pencairan es, wilayah permafrost tidak dapat lagi menanggung beban sebanyak 1980-an.
Namun, faktor lain juga berperan: pengawas keamanan Rusia mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa sejak 2016, pihanya tidak dapat memeriksa kondisi reservoir berusia 35 tahun tersebut karena perusahaan beralasan mereka sedang melakukan perbaikan.
Norilsk Nickel mencoba mengatasi tumpahan bahan bakar itu sendiri selama dua hari, sebelum spesialis dari perusahaan dan agen di seluruh Rusia dipanggil untuk menghentikan penyebarannya.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah meminta pemimpin Norilsk Nickel, Vladimir Potanin untuk membayar biaya pembersihan menyeluruh.
“Sangat penting melakukan semua langkah kompensasi untuk memulihkan keanekaragaman hayati dan lingkungan,” katanya.
Potanin memperkirakan, operasi pembersihan ini akan menghabiskan dana sekitar 10 miliar rubel, di luar semua denda.