Stasiun Luar Angkasa Internasional Akan Mendapatkan Toilet Baru

By Fikri Muhammad, Selasa, 16 Juni 2020 | 12:11 WIB
Astronot NASA, Serena Auñón-Chancellor, merawat toilet stasiun ruang angkasa AS saat ini. ()

Nationalgeographic.co.id - Jika berjalan dengan baik, akhir tahun ini, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) akan menerima pengiriman sistem toilet yang baru dan lebih baik.

Toliet tersebut bernama Universal Waste Management System (UWMS) milik NASA. Sistem ini dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara teknologi ruang lavatorial dan apa yang dibutuhkan manusia untuk melakukan kunjungan panjang (katakanlah ke Mars) dengan nyaman.

Peluncuran ditargetkan tidak lebih awal dari musim gugur, menurut juru bicara NASA yang dikonfirmasi Space (16/06/2020). Saat ini, belum ditentukan pesawat ruang angkasa apa yang akan membawa UWMS. 

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Planet dan Bintang yang Sangat Mirip Bumi dan Matahari

Dalam jangka panjang, toilet baru akan dipersiapkan untuk pengelolaan limbah dan beberapa tantangan yang diantisipasi para ahli pada misi di masa depan, ucap Jim Broyan, wakil manajer program untuk Pengendalian Lingkungan dan Teknologi Pendukung Kehidupan, Kesehatan Kru, dan Kinerja di Johnson Space NASA.

Pada misi manusia ke Mars, NASA bertujuan melindungi planet dari praktik kontaminasi silang oleh organisme hidup. Salah satunya adalah pengumpulan dan penyimpanan limbah. Terutama limbah manusia yang penuh dengan mikroba. Dengan begitu, antariksawan yang akan mendarat di Mars di masa depan, tidak meninggalkan kantung kotoran seperti misi Apollo..

Prototype UWMS ()

Baca Juga: Asteroid yang Jatuh ke Laut Dapat Membentuk Kehidupan di Bumi dan Mars

Toilet yang saat ini ada di stasiun ruang angkasa dirancang pada 1990-an dan berdasarkan padanan pesawat ulang-alik pada waktu itu. Ia masih banyak kekurangan karena tidak nyaman saat dipakai, terutama untuk wanita. 

Untuk misi Mars, karena kebutuhan akan penerbangan jauh lebih lama, Broyan mengatakan bahwa itu perlu mengelola sekitar 270 kilogram limbah padat dan sekitar 75% di antaranya adalah air. Ini menjadi tantangan baru bagi para peneliti.

"Tujuan kami di masa depan adalah untuk menstabilkan dan mengeringkan sisa metabolisme agar mikroba tidak aktif dan mungkin menggunakan kembali air itu sehingga mengurangi jumlah bahan habis pakai untuk pispot. Karena itu benar-benar menumpuk pada misi yang panjang, kami jadi bertanya-tanya: bisakah kita menggunakan kembali beberapa limbah?" pungkasnya.