Sedapkan Manggarai: Cengkerama Kuliner dan Masyarakat Labuan Bajo

By Agni Malagina, Senin, 29 Juni 2020 | 12:59 WIB
Chef Michael membuka studio virtual di rumahnya untuk berkreasi dengan resep-resepnya sembari beradptasi dengan masa pandemi. (Agni Malagina)

“Bagi saya tidak ada makanan enak atau tidak enak. Makanan itu adalah preference jadi apa yang kita rekam itu yang kita percaya adalah yang baik. Sehingga yang ada adalah makanan yang kita kenal atau tidak,” jelas Michael yang kini membuka dapur virtual So Bajo sebagai kegiatan merespon pandemi.

Kini ia bergelut dengan pengembangan kuliner Manggarai di daerah yang didaulat sebagai destinasi premium. Ia merespon dengan tegas.

“Pertanian jangan dihancurkan. Karena kebudayaan datangnya (salah satunya) dari pertanian. Jadi kalau mau membangun Labuan Bajo, bangun basis-basis pertanian seperti Ruteng, Lembor, Sanonggoang,”ujar Michael yang kini melirik pengembangan kopi Flores beserta narasinya.

“Kopi sebenarnya bukan kebudayaan di sini, namun kini telah jadi kesepakatan gaya hidup dan kopi Flores menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Labuan Bajo harus punya ikon untuk kuliner dan kopi sebagai identitas. Ayolah sedapkan Manggarai,”pungkasnya.

Bersama National Geographic Indonesia, singkap kehidupan geografis Manggarai dari racikan menunya. Kamis, 2 Juli 2020 di akun Facebook @NatGeoMagazineID. (National Geographic Indonesia)

Kita akan berbincang dari sejumput beras rani, sebungkus nasi kolo, secangkir kopi, sampai seteguk sopi. Chef Michael pegiat Sedapkan Manggarai dan Wenti Romas pegiat Youth Coffepreneur Manggarai akan #BerbagiCerita tentang warga, filosofi, dan geografi kota mereka melalui aktivitas bersantap dan menyesap.

Rasa adalah pengalaman, sementara bersantap dan menyesap adalah perayaan menjelajahi pengalaman. Mari #BerbagiCerita bersama National Geographic Indonesia, singkap kehidupan geografis Manggarai dari racikan menunya.

Sampai jumpa pada Kamis, 2 Juli 2020 di akun Facebook @NatGeoMagazineID.