Kesaksian Tjamboek Berdoeri: Dari Muslihat Propaganda Jepang Sampai 'Salam Djempol' di Jawa

By Mahandis Yoanata Thamrin, Senin, 20 Juli 2020 | 16:51 WIB
Sampul majalah propaganda Jepang di Indonesia, Djawa Baroe. Tujuannya menebar simpati untuk mengajak rakyat Indonesia terlibat dalam Perang Asia Timur Raya. (Djawa Baroe)

Profesor Ben Anderson mencoba menyingkap siapa sejatinya si penulis misterius itu selama empat dasawarsa. Akhirnya misteri nama Tjamboek Berdoeri mulai tersingkap setelah Indonesia Dalem Api dan Bara terbit selama 54 tahun. Ben mengungkapkan dengan yakin bahwa nama penulis buku itu sesungguhnya adalah Kwee Thiam Tjing, nama yang memberikan kata pengantar untuk buku itu.

Baca Juga: Berhasil Lepas dari Jugun Ianfu Karena Menyamar Sebagai Lelaki

Propaganda Jepang semasa Perang Asia Timur Raya. ()

Kwee Thiam Tjing (1900-1974) dikenal sebagai jurnalis beberapa surat kabar seperti pemimpin redaksi Sin Tit Po di Surabaya, Pembrita Djember, Mata Hari di Semarang. Sejatinya dia sudah menggunakan nama pena “Tjamboek Berdoeri” sejak 1921. Dia kerap menulis kritik sosial yang bergaya satiris. Autobiografinya terbit secara serial di surat kabar Indonesia Raya. Dia wafat di Jakarta dan dimakamkan di Kebonjahe Kober, Jakarta Pusat. Ben Anderson menjulukinya sebagai wartawan “Melaju nakal segala djaman”.

Atas kabar burung jelang masuknya Jepang ke Malang, Kwee berpesan kepada kita, yang tampaknya masih berlaku sampai hari ini. Kita seharusnya menyadari bahwa kita kerap percaya begitu saja tentang kabar yang belum jelas asal-usulnya—terutama dari media sosial. Bisa jadi kabar itu fakta, namun bisa jadi kabar dusta atau malah propaganda. “Bagaimana besar berbahajanja djika kita maen pertjaja asadja kabar-kabar jang moelai dengen bilangnja ‘bilangnja dan katanja’,” ungkapnya, “apalagi dalem waktoe-waktoe jang begitoe.”

Foto Kwee Thiam Tjing yang bernama pedengan Tjamboek Berdoeri, dan buku Indonesia Dalem Api dan Bara. (Mahandis Yoanata Thamrin)

(National Geographic Indonesia)

Dalam Bincang Redaksi-16, National Geographic Indonesia bersama narasumber akan mengungkap betapa pentingnya buku Indonesia Dalem Api dan Bara sebagai pelengkap historiografi Indonesia. Perbincangan juga akan mengungkap aspek kronik Kota Malang yang direkam Kwee pada akhir masa Hindia Belanda, pendudukan Jepang, hingga kisah di balik Agresi Militer I pada 1947.Kita juga akan membahas aspek kebahasaan buku Indonesia Dalem Api dan Bara yang terbilang menarik karena Kwee memang piawai dalam menggunakan alih kode. Bagaimana riwayat hidup Kwee Thiam Tjing? Mengapa sosoknya nyaris terlupakan dalam perjalanan jurnalisme kita? Silakan, Sahabat bisa mendaftar via pranala bit.ly/bincangredaksi16 untuk bersama menyingkap sisik melik Kwee Thiam Tjing alias Tjamboek Berdoeri dan kaitannya dengan kronik revolusi Indonesia. Sampai jumpa pada Sabtu, 22 Agustus 2020 pukul 15.30-17.00 WIB!