Selain Satwa Liar, Parasit Juga Terancam Punah dan Perlu Dilindungi

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 4 Agustus 2020 | 18:59 WIB
Ilustrasi parasit. (Tommy Leung via The Conversation)

Nationalgeographic.co.id - Ada begitu banyak satwa liar yang membutuhkan bantuan konservasi--gajah, panda, dan harimau misalnya. Namun, sekelompok ilmuwan juga meminta kita untuk tidak melupakan nasib parasit. Meskipun sering dianggap merugikan, tapi nyatanya parasit juga memiliki peran penting dalam ekosistem sehingga keberadaannya masih dibutuhkan. 

Parasit memengaruhi keberlangsungan hidup dan reproduksi beberapa spesies inang. Ia juga membentuk hubungan penting antar rantai makanan.

"Parasit adalah kelompok spesies yang sangat beragam, tetapi banyak orang yang tidak mengakui keanekaragaman hayati ini sebagai sesuatu yang berharga," kata Chelsea Wood, ahli ekologi dari University of Washington. 

"Poin utama dari studi ini adalah untuk menekankan bahwa kita terancam kehilangan parasit dan fungsinya tanpa menyadarinya," imbuh Wood.

Baca Juga: Hewan Laut Ini Dapat Memecah Mikroplastik, Ternyata Berdampak Buruk

Penelitian ini merupakan bagian dari jurnal Biological Conservation yang dikhususkan untuk konservasi parasit. Fokusnya adalah bagaimana menciptakan rencana konservasi parasit secara global. 

"Ditemukan di seluruh pohon kehidupan dan setiap ekosistem, parasit merupakan spesies yang paling beragam dan secara ekologis sangat penting di Bumi. Namun, keberadaan mereka tidak dilindungi oleh upaya konservasi satwa liar atau ekosistem," jelas para peneliti dalam studi mereka. 

Tim ilmuwan yang berasal dari Amerika Serikat, Spanyol, dan Australia, telah mengidentifikasi 12 tujuan dalam satu dekade mendatang untuk membantu generasi parasit. Tujuan tersebut dibagi ke dalam empat kelompok meliputi pengumpulan data dan sintesis, penilaian risiko dan prioritas, praktik konservasi, serta penjangkauan dan pendidikan.

Menurut para peneliti, kesulitan dalam melakukan konservasi parasit adalah, hanya 10% dari spesies mereka yang berhasil diidentifikasi,

"Jika spesies tidak memiliki nama, kita tidak bisa menyelamatkan mereka," kata Colin Carlson, wakil pemimpin studi dan ahli biologi di Universitas Georgetown.

"Selama beberapa dekade, penelitian lebih sering dilakukan pada hewan dan tumbuhan. Para ilmuwan hanya menemukan sebagian kecil parasit, yakni di laut dalam, luar angkasa, dan mereka yang hidup pada setiap spesies di Bumi," imbuhnya. 

Baca Juga: Kematian Ratusan Gajah di Botswana, Ini Kemungkinan Penyebabnya

Melihat hal tersebut, tim peneliti berharap dapat mencapai target ambisiusnya, yakni mendeskripsikan setengah dari keberagaman parasit di Bumi. 

"Kami tahu bahwa perubahan iklim, penyakit, dan kepunahan massal, sudah menjadi krisis monumental sehingga membutuhkan lebih banyak sumber daya dan pendanaan. Mengidentifikasi 50% parasit mungkin dianggap terlalu ambisius dan tidak diprioritaskan," papar peneliti. 

"Namun, kami yakin bahwa mengabaikan dunia parasit yang tersembunyi bisa menciptakan situasi yang tak terduga dan mungkin lebih buruk."

Perlu ditegaskan bahwa tim tidak berfokus pada parasit yang biasa ditemukan di manusia atau hewan peliharaan. Jadi, Anda tidak perlu khawatir bahwa mereka akan melindungi cacing pita atau kutu. 

Studi ini telah dipublikasikan pada Biological Conservation.