Diketahui bahwa jika amonium nitrat didiamkan dari waktu ke waktu, ia dapat mengeras. Hal inilah yang membuat kekuatan ledakan jauh lebih menghancurkan.
Namun, menurut Miriam Diamond, profesor departemen ilmu bumi di University of Toronto, yang paling berbahaya dari peristiwa ini adalah keteledoran manusia.
“Ada masalah penyimpanan. Sering kali—seperti yang terjadi di Beirut—begitu amonium nitrat disimpan, orang-orang melupakannya begitu saja. Ini adalah kesalahan dan kecerobohan manusia,” ungkapnya.
Apakah kecelakaan ini pernah terjadi sebelumnya?
Ini bukan pertama kalinya amonium nitrat menimbulkan ledakan seperti yang terjadi di Beirut. Mungkin, perbandingan terdekat, dilihat dari skalanya, adalah ledakan yang terjadi di Texas pada 1947. Dilansir dari CNN, kala itu, api memicul ledakan yang kemudian merusak 1.000 bangunan dan menewaskan hampir 400 orang, menurut situs Texas Historical Association.
Selain itu, ledakan akibat amonium nitrat juga pernah terjadi di beberapa wilayah lain. “Penyimpanan amonium nitrat yang buruk dapat memicu ledakan, seperti yang terjadi di Oppau, Jerman; Galveston Bay, Texas; dan yang terbaru di Tianjin, Tiongkok pada 2015,” ungkap Sella.
Menurutnya, ada peraturan mengenai bagaimana pemerintah menyimpan amonium nitrat, berapa lama waktunya, dan dalam kondisi seperti apa. Namun, hal-hal tersebut terlupakan dan akhirnya mengarah ke peristiwa mengerikan.
“Ini adalah kegagalan peraturan tentang penyimpanan amonium nitrat. Fakta bahwa zat tersebut dibiarkan begitu saja selama enam tahun, sama saja menunggu ledakan terjadi,” kata Sella.
Apakah gas yang diproduksi berbahaya?
Ketika amonium nitrat berubah bentuk dari padat menjadi gas, salah satu hasilnya adalah nitrogen dioksida.