Nationalgeographic.co.id – Dunia dikejutkan dengan ledakan dahsyat di Beirut, ibu kota Lebanon, pada Selasa (4/8) lalu. Peristiwa tersebut menyebabkan lebih dari 100 orang meninggal dan 5.000 orang lainnya mengalami luka-luka. Belum lagi, kerusakan fatal yang terjadi pada bangunan di sekitar pelabuhan.
Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, mengatakan bahwa ledakan diduga berasal dari 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut sejak 2014.
Baca Juga: Ahli: Ledakan di Beirut Setara dengan Kekuatan Ratusan Ton TNT
Namun, apa sebenarnya amonium nitrat dan bagaimana itu bisa menciptakan ledakan yang dahsyat?
Amonium nitrat
Dilansir dari CBC, amonium nitrat merupakan senyawa kimia dengan formula NH4 NO3 yang dibuat dengan menggabungkan amonium dengan asam nitrat. Ia biasanya digunakan sebagai pupuk untuk keperluan pertanian karena mudah larut.
Meski begitu, amonium nitrat juga kerap digunakan sebagai bahan peledak industri. Alasannya, menurut Andrea Sella, profesor kimia di University College London, adalah karena amonium nitrat sangat efisien.
“Di satu sisi, amonium mengandung hidrogen, sementara di sisi lainnya ada oksigen dan nitrogen. Jadi, ketika kedua bagian dipaksa bersatu, Anda akan mendapatkan gas dalam jumlah besar dan panas yang keluar,” papar Sella, dikutip dari CBC.
Seberapa besar bahayanya?
Sella mengatakan, dalam jumlah kecil, amonium nitrat tidak berbahaya.
“Ia merupakan molekul yang menarik karena memiliki kristal putih. Saat disimpan di dalam toples, amonium nitrat bisa aman di sana selama bertahun-tahun. Namun, jika ada ‘pemicu’ yang tepat, ia akan meledak,” katanya.
Dalam kasus Beirut, pemicunya adalah kebakaran yang terjadi sebelum ledakan. Api tersebut bertindak sebagai “bahan bakar” bagi amonium nitrat.
Diketahui bahwa jika amonium nitrat didiamkan dari waktu ke waktu, ia dapat mengeras. Hal inilah yang membuat kekuatan ledakan jauh lebih menghancurkan.
Namun, menurut Miriam Diamond, profesor departemen ilmu bumi di University of Toronto, yang paling berbahaya dari peristiwa ini adalah keteledoran manusia.
“Ada masalah penyimpanan. Sering kali—seperti yang terjadi di Beirut—begitu amonium nitrat disimpan, orang-orang melupakannya begitu saja. Ini adalah kesalahan dan kecerobohan manusia,” ungkapnya.
Apakah kecelakaan ini pernah terjadi sebelumnya?
Ini bukan pertama kalinya amonium nitrat menimbulkan ledakan seperti yang terjadi di Beirut. Mungkin, perbandingan terdekat, dilihat dari skalanya, adalah ledakan yang terjadi di Texas pada 1947. Dilansir dari CNN, kala itu, api memicul ledakan yang kemudian merusak 1.000 bangunan dan menewaskan hampir 400 orang, menurut situs Texas Historical Association.
Selain itu, ledakan akibat amonium nitrat juga pernah terjadi di beberapa wilayah lain. “Penyimpanan amonium nitrat yang buruk dapat memicu ledakan, seperti yang terjadi di Oppau, Jerman; Galveston Bay, Texas; dan yang terbaru di Tianjin, Tiongkok pada 2015,” ungkap Sella.
Menurutnya, ada peraturan mengenai bagaimana pemerintah menyimpan amonium nitrat, berapa lama waktunya, dan dalam kondisi seperti apa. Namun, hal-hal tersebut terlupakan dan akhirnya mengarah ke peristiwa mengerikan.
“Ini adalah kegagalan peraturan tentang penyimpanan amonium nitrat. Fakta bahwa zat tersebut dibiarkan begitu saja selama enam tahun, sama saja menunggu ledakan terjadi,” kata Sella.
Apakah gas yang diproduksi berbahaya?
Ketika amonium nitrat berubah bentuk dari padat menjadi gas, salah satu hasilnya adalah nitrogen dioksida.
Lalu, pada kasus Beirut, apakah nitrogen dioksida dalam jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer itu berbahaya?
“Karena ada api sebelumnya, kemudian disusul ledakan panas, maka gas akan dilepaskan ke arah atas dengan efektif. Dengan begitu, tidak akan ada hal serius yang terjadi di permukaan tanah,” tutur Sella.
Mengapa ia menciptakan awan jamur?
“Ledakan besar apa pun akan memberikan kita awan jamur,” ujar Cheryl Rofer, pensiunan ahli kimia dari Los Alamos National Laboratory.
Baca Juga: Dua Ledakan Guncang Ibu Kota Lebanon, Berikut Fakta yang Diketahui
Sella menambahkan: “Ketika ledakan di Beirut terjadi, itu mengirimkan gelombang kejut yang bergerak lebih cepat dari kecepatan suara. Udara kemudian dikompresi di depan gelombang kejut. Ini kemudian membuat udara di belakangnya mengembang—biasa disebut sebagai "awan Wilson.”
Awan jamur yang terlihat saat ledakan di Beirut, mengkhawatirkan banyak orang karena mereka mengira negara tersebut diserang bom nuklir.