Meneropong Prospek Ekonomi Sirkular sebagai Langkah Pelestarian Lingkungan

By Fathia Yasmine, Jumat, 7 Agustus 2020 | 19:25 WIB
Ilustrasi sampah botol plastik (Dok. Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id – Saat ini, ekonomi sirkular menjadi solusi inovatif untuk menyelesaikan persoalan sampah. Banyak negara sudah mulai mengimplementasikan model ekonomi tersebut karena dianggap mudah dicontoh serta dapat dilakukan oleh semua orang.

Ekonomi sirkular, menurut Forum Ekonomi Dunia (WEF), adalah sistem industri yang memanfaatkan material yang ada untuk membuat barang baru atau menambah nilai barang lama lewat pengelolaan limbah yang terintegrasi.

Salah satu negara yang berhasil menerapkan ekonomi sirkular adalah Denmark.

Dikutip dari Kompas.com (25/03/2019) Denmark menerapkan berbagai kebijakan untuk mendorong masyarakat agar mau mendaur ulang sampah plastik.

Salah satu dari kebijakan tersebut adalah penerapan sistem deposit untuk minuman seperti bir dan soft drink. Duta Besar Denmark, H.E. Mr Rasmus Abildgaard Kristensen mencontohkan jika seseorang membeli bir atau soft drink, konsumen tersebut harus membayar harga minumannya dan membayar uang depositnya juga.

Baca Juga: Paul Warfield Tibbets Jr, Pilot Pesawat Pengebom Hiroshima yang Tak Pernah Menyesal dengan Aksinya

“Uang (deposit) ini bisa didapatkan kembali bila mereka mengembalikan botolnya ke mesin khusus yang akan menerima semua jenis botol, tanpa memedulikan mereknya. Hasilnya, hanya 3-4 persen sampah di Denmark yang ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sementara 69 persennya berhasil didaur ulang,” terang Kristensen.

Kebijakan Denmark bisa menjadi pertimbangan untuk Indonesia yang angka persentase daur ulangnya masih relatif rendah. Menurut data dari Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) serta Indonesian Plastic Recyclers (IPR) pada tahun 2019, diketahui jika total konsumsi plastik saat ini diprediksi sebanyak 5,66 juta metrik ton per tahun.

Sayangnya, tingkat daur ulang plastik hanya 1,80 metrik ton per tahun atau kurang dari 1 persen dari keseluruhan sampah.

Meski begitu, penerapan ekonomi sirkular sudah mulai digerakkan sebagai solusi dari beragam persoalan lingkungan di Indonesia, terutama pencemaran sampah plastik.

Baca Juga: 75 Tahun Berlalu, Bagaimana Kronologi Serangan Bom Atom di Hiroshima?

Dikutip dari Kompas.com (24/02/2020) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa mengatakan bahwa ekonomi sirkular dapat menjadi kunci untuk mewujudkan lingkungan yang bebas polusi sekaligus berkontribusi pada ekonomi Indonesia.