Kisah Sang Penyebar Berita Kemerdekaan Indonesia ke Penjuru Dunia

By National Geographic Indonesia, Senin, 17 Agustus 2020 | 09:30 WIB
Mohammad Yusuf Ronodipuro ()

Nationalgeograpic.co.id - Kala itu adalah tahun 2008, publik Indonesia dihebohkan dengan berita duka meninggalnya mantan presiden Indonesia ke–2, Soeharto. Sepuluh jam kemudian, Indonesia kehilangan sosok pentingnya, ia adalah pria yang berjasa menyebarluaskan kabar kemerdekaan Indonesia ke dunia luar.

Ia tak lain adalah Mohammad Yusuf Ronodipuro, seseorang yang telah berjasa bagi Indonesia karena telah menyebarkan kabar merdekanya Indonesia tak lama setelah teks proklamasi dibacakan oleh Sukarno dan Bung Hatta pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga: Pengamanan Informasi Rahasia Pada Awal Kemerdekaan Indonesia

Yusuf lahir di Salatiga pada 30 September 1919 kala negeri kita tengah dijajah pemerintah kolonial Belanda.

Memasuki masa penjajahan Jepang, Yusuf yang memiliki minat dalam bidang jurnalistik memutusukan pada tahun 1943 untuk bekerja sebagai seorang wartawan Hoso Kyoku, sebuah radio militer milik pemerintah kolonial Jepang di Jakarta.

Pada 9 Agustus 1945 Kekaisaran Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu, setelah tiga hari sebelumnya kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom milik sekutu, negeri “Matahari Terbit” itu memutuskan untuk mengaku kalah dalam perang dunia kedua.

Sayangnya berita kekalahan Jepang belum terdengar hingga khayalak umum Indonesia, sebab pada masa itu pendengar radio di Indonesia belumlah banyak.

Beruntunglah Yusuf termasuk orang Indonesia yang mengetahui kabar gembira ini, dari rekanya yang bernama Mochtar Lubis, ia kemudian menyebarkan kabar ini kepada para pejuang di markas mereka yang dikenal dengan nama Menteng 31.

Terdengarnya kabar menyerahnya Jepang kepada Sekutu, membangkitkan semangat para pejuang untuk menyegerakan kemerdekaan Indonesia, terutama mereka–mereka yang berasal dari golongan pemuda.

Momen yang ditunggu itupun tiba, pada 17 Agustus 1945, Republik Indonesia menyatakan kemerdekaanya. Dengan dibacanya teks proklamasi oleh Sukarno dan Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaanya.

Namun merdekanya Indonesia ini belum diketahui oleh dunia luar, sehingga pengakuan atas kemerdekaan Indonesia oleh bangsa lain belum didapatkan.

Yusuf  kala itu belum mendengar kabar akan merdekanya Indonesia, ia dan rekan–rekan lainya di Hoso Kyoku terjebak dari gedung kerja mereka karena tidak diperijinkan untuk keluar oleh Kempetai.