Cukup terkenal karena aksesibilitasnya mudah, Situs Ampat, memiliki tembikar pada suatu area yang padat di dasarnya. Selain itu, ada juga arang dan tulang binatang yang menyebar hampir tiap dasarnya. Namun, di sana minim artefak besi karena banyak yang diperjual belikan. Hanya ada artefak besi sepanjang 1-1,5 m yang tersisa di sana.
Di Situs Pontada, masih berkaitan dengan kisah rakyat yang sebelumnya disebutkan oleh Reza Permadi, kata Shinatria. Namun yang tak kalah menarik bahwa ada juga cerita ritual penyembelihan. "Saya juga mendengar dulu ada ritual penyembelihan yang salah. lalu terjadi tsunami." Walaupun belum pasti apa yang menyebabkan kampung itu tenggelam, apakah tsunami atau air yang naik, namun di sana ada temuan luar biasa. "Tembikarnya semua menyebar dan sisa sia tiang rumah. aktivitas sehari hari yang menarik untuk kita kaji." kata Shinatria.
Temuan tiang bangunan yang terbenam air danau turut menerbitkan dugaan awal bahwasa dahulu kawasan itu merupakan industri. Tim peneliti juga menemukan kerak besi dan kapak corong.
Temuan-temuan tembikar banyak ditemukan di Danau Matano. Karena tembikar masih digunakan sejak zaman neolotik. "Tembikar ini everlasting. kalau kita lihat peralatan yang dhasilkan terkait tembikar untuk kehidupan sehari hari dan peleburan besi," ucap Shinatria.
"Temuan di Danau Matano mengenai besi itu menggugurkan pandangan bangsa indonesia yang mengimpor logam sejak dahulu," kata Tri Wurjani, Ketua Tim Penelitian Danau Matano dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Tri menambahkan, kaitanya dengan tembikar, selain menjadi kebutuhan sehari-hari, tembikar juga berfungsi sebagai tempat peleburan logam. "Peran tembikar itu memang konteks dengan tungku peleburan besi. kita temukan lelehan besi yang ujungnya itu menempel lelehan logam. setelah kita menganalisis ternyata itu juga wadahnya tebal dan besar. dengan berbagai macam priuk," tambahnya.
Sukmandaru Prihatmoko, Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia, menjelaskan kembali bahwa batuan-batuan ophiolite adalah sekuens atai batuan yang diebntuk langsung dari mantel bumi. Ia biasanya muncul di zona pemekaran lempeng tektonik. Batuan-batuan yang sekarang menggunung itu juga adalah bagian dari aktivitas pergerakan lempeng.
"Bagaimana batuan yang di dasar laut menjadi permukaan bahkan jadi gunung? Karena pergerakan lempeng," ujar Sukmandaru. "Yang tadinya di laut kemudian didorong. Kita tahu Indonesia ada di pertemuan tiga lempeng besar, yang paling ribut ada di Indonesia ini."