Peneliti: Mimpi Merupakan Kelanjutan dari Kehidupan Dunia Nyata

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 2 September 2020 | 11:03 WIB
Sering mengalami mimpi buruk berdampak bagi kesehatan kita. (Phoenixns/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Dari mana mimpi berasal? Itu merupakan pertanyaan yang banyak diajukan orang. Peradaban kuno menginpretasikan mimpi sebagai kekuatan supernatural atau spiritual. Sementara masyarakat modern cenderung menganalisis mimpi dengan kehidupan nyata—mencoba mencari koneksi bermakna yang menghubungkan isi mimpi dengan pengalaman sehari-hari.

“Beberapa ilmuwan telah mengungkapkan tentang “hipotesis kesinambungan mimpi”, yakni bahwa mimpi kebanyakan merupakan kelanjutan dari apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Alessandro Fogli, ilmuwan komputer dari Roma Tre University dalam studi terbaru seperti yang dikutip dari Science Alert

“Ternyata kehidupan sehari-hari memengaruhi mimpi. Misalnya, kecemasan dalam hidup mengarah ke mimpi dengan pengaruh negatif. Sebaliknya, mimpi yang baik memengaruhi kemampuan kita dalam memecahkan masalah,” imbuhnya.

Baca Juga: Anak-anak yang Sering Habiskan Waktu di Alam Miliki IQ Lebih Tinggi

Teori-teori psikologis seperti ini sudah ada sejak penelitian Sigmund Freud dan yang lainnya pada abad ke-20. Mereka memelopori gagasan bahwa makna mimpi yang tersembunyi dapat terungkap jika melihat pengalaman dunia nyata orang tersebut.

Dalam analisis mimpi kontemporer, terapis berusaha membantu pasien menafsirkan mimpi mereka melalui penggunaan laporan mimpi, mencari petunjuk, simbol, dan struktur yang mungkin sesuai dengan bagian lain dari kehidupan nyata si pemimpi.

Salah satu sistem yang paling dihormati untuk menafsirkan laporan mimpi adalah sistem Hall dan Van de Castle. Ia menyusun mimpi berdasarkan karakter yang muncul di dalamnya, interaksi yang dimiliki karakter tersebut dan efek interaksi terhadap karakter.

Namun, masalahnya dengan sistem ini adalah proses yang lambat dan memakan waktu dalam menyaring laporan mimpi secara manual untuk mengidentifikasi elemen-elemen ini. Oleh sebab itu, para ilmuwan tidur terus mencari solusi algoritmie yang secara otomatis dapat mengenali dan membuat anotasi isi mimpi sesuai sistem Hall dan Van de Castle.

Dalam studi terbarunya, Fogli dan tim hadir dengan cara baru untuk melacak mimpi orang dalam skala besar. Mereka menganalisis 24 ribu data dari ‘bank mimpi’ terbesar atau yang biasa dikenal dengan DreamBank.

“Kami membuat alat yang secara otomatis dapat menilai laporan mimpi dengan mengoperasikan skala analisis mimpi dari Hall and Van de Castle,” kata peneliti.

"Kami memvalidasi keefektifan alat pada laporan mimpi yang dianotasi dengan tangan, kemudian menguji apa yang oleh para ilmuwan tidur disebut 'hipotesis kontinuitas' pada skala yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” imbuh mereka.

Alat pengolah mimpi yang baru dikembangkan ini menyederhanakan sistem Hall and Van de Castle: mengurai teks laporan mimpi dan berfokus pada karakter, interaksi sosial, dan kata-kata emosi.