Ketika Pembangunan dan Pelestarian Berimpit di Taman Nirwana Sang Naga

By Fikri Muhammad, Rabu, 16 September 2020 | 13:41 WIB
Komodo yang sedang tertidur di jalur short track Pulau Komodo. (Fikri Muhammad)

Nationalgeographic.co.id—Pada awal September silam, beredar siaran pers masyarakat sipil Manggarai Barat terkait proyek Pariwisata Superpremium  di Taman Nasional Komodo. Mereka menyuarakan bahwa pembangunan fasilitas wisata itu akan mencederai kelangsungan hidup komodo dan mencederai prinsip konservasi.

Apakah benar, dampak pembangunan ini begitu buruk untuk kelestarian komodo?

Rencananya di Loh Liang Pulau Rinca akan dibangun sarana prasarana berkonsep "geopark" dengan beton berikut pengeboran sumur-sumber mata air. Pemerintah telah mengizinkan tiga perusahaan swasta untuk membangun sarana bisnis wisata seluas 470,7 hektare di kawasan konservasi yang diubah menjadi zona pemanfaatan. Pembangunan sarana dan prasarana ekowisata ini segera mendapat julukan "Proyek Jurassic Park".

()

Di atas perahu pinisi, di perairan Taman Nasional Komodo, saya mewawancarai Shana Fatina, Dirut Badan Otoritas Pariwisata (BOP) Labuan Bajo. Menanyakan persoalan proyek yang ditentang orang banyak.

Hampir dua abad yang lalu, UNESCO menetapkan Taman Nasional Komodo sebagai Situs Warisan Dunia. Shana melihat bahwa itu keistimewaan yang luar biasa. Sehingga pariwisata yang dikembangkan bukan hanya mass tourism tapi lebih ke wisata minat khusus. Kelas-kelas yang wisatawan yang dipilih adalah orang yang menghargai warisan purba. Atau kelas yang dinamakan premium.

"Jadi kelasnya adalah premium, kemudian mereka harus bayar mahal untuk bisa masuk ke sini. Tapi penekananya bukan mahalnya, tapi pengalaman apa yang bisa ditawarkan oleh TN Komodo," kata Shana.

Adapun pembagian kelasnya. Pulau Rinca, menjadi wilayah yang bisa dikunjungi wisatawan budget rendah, demikian menurut Shana. Sedangkan Pulau Komodo ditata untuk wisatawan minat khusus.

Baca Juga: Gas di Bumi Ditemukan Juga di Venus, Tanda Adanya Kehidupan?

Komodo menjadi salah satu ciri khas kekayaan fauna Indonesia. (Ringo_Wong_hkherper/Getty Images/iStockphoto)

Saya menyapukan pertanyaan pada pembangunan beton di Pulau Rinca. Shana mengatakan bahwa semua pembangunan di Taman Nasional Komodo sudah mengikuti ketentuan Kementerian Lingkungah Hidup pada zona pemanfaatan.

Dan bahwa betonisasi adalah sesuatu yang berkelanjutan. Shana melanjutkan, untuk menambah caring capacity dari Loh Buaya perlu ditingkatkan demi  fasilitas wisatawan.