Nationalgeographic.co.id – Para astronom telah mendeteksi gas fosfin di atmosfer Planet Venus—menunjukkan fenomena yang belum pernah diketahui sebelumnya. Penemuan ini mengarahkan peneliti kepada dua kemungkinan: apakah ada mekanisme tertentu yang memang memproduksi gas tersebut atau ada sumber kehidupan di sana.
Dipublikasikan pada jurnal Nature Astronomy, para ilmuwan melihat tanda spektral yang menunjukkan fosfin, gas yang juga umum ditemukan di Bumi. Gas tersebut diketahui berasal dari pembusukkan materi organik atau secara khusus dibuat di laboratorium.
Dilansir dari IFL Science, para peneliti memperkirakan kelimpahan 20 ppb gas fosfin di awan Venus. Atmosfer planet tersebut sangat asam sehingga fosfin bisa hancur, kecuali ada mekanisme yang membuatnya terus diproduksi.
Baca Juga: Apakah Perjalanan Luar Angkasa Memberikan Perubahan Pada Tubuh Kita?
Tim mempertimbangkan beberapa proses kimiawi seperti gunung berapi, petir atau meteorit, yang mungkin bisa memproduksi gas fosfin. Namun, itu semua tidak terlihat di Venus.
Fakta ini pun membawa ilmuwan kepada kesimpulan yang menarik bahwa apa yang terjadi di Venus terkait gas fosfin pasti belum pernah diketahui sebelumnya.
Dan meskipun dugaan gas berasal dari proses biologis masih sulit dibuktikan, tapi menurut peneliti, hal tersebut tidak dapat diabaikan.
“Kami melakukan banyak perhitungan tentang bagaimana molekul tersebut bisa terbentuk dan hancur,” kata Professor Jane Greaves, pemimpin penelitian dari University of Cardiff kepada IFL Science.
Penemuan penting ini didapat dari pengamatan teleskop James Clerk Maxwell dan Atacama Large Millimeter Array, masing-masing di 2017 dan 2019. Fosfin sendiri telah disebut-sebut sebagai tanda biologis yang baik untuk melihat kehidupan di planet berbatu di luar Tata Surya.
Selama ini, para ilmuwan menggunakan observasi semacam itu untuk memberikan patokan pada pengamatan eksoplanet. Mereka tidak menyangka akan menemukan fosfin di Venus.
Venus memang diketahui bukan tempat yang ramah untuk ditinggali, tapi ia juga mendapat julukan “kembaran jahat Bumi”. Permukaan Venus memiliki suhu 470°C dan tekanannya setara dengan 900 meter di bawah permukaan laut di Bumi. Suhu dan tekanannya akan menurun seiring dengan peningkatan ketinggian.
Diskusi seputar kehidupan di Venus sangat populer, tetapi untuk mendapatkan kepastian tentang apa yang menghasilkan gas fosfin ini, para peneliti perlu melakukan studi lebih lanjut dan mendalam tentang atmosfer planet tersebut.
"Kami mencoba melakukan lebih banyak pengamatan," kata Profesor Greaves.
“Kami berharap selama satu tahun ke depan bisa mendapatkan peta yang lebih detail tentang keberadaan fosfin—berapa banyak jumlahnya, bagaimana distribusi geografisnya apakah ia berubah seiring waktu,” tambahnya.
Baca Juga: Tiongkok Luncurkan Pesawat Ruang Angkasa yang Dapat Digunakan Kembali
Selama beberapa dekade terakhir, upaya serius telah dilakukan untuk memperluas pencarian akan kehidupan di luar Bumi. Mata kita telah terfokus pada dunia yang sangat dingin seperti Mars, bulan seperti Europa dan Enceladus, dan bahkan pada wilayah yang kaya metana seperti Titan. Namun, saat ini, tampaknya Venus bisa masuk kategori pencarian.
“Ini sangat menarik karena fosfin merupakan tanda-tanda hayati potensial bagi kehidupan. Molekul tersebut adalah produk sampingan dari beberapa metabolisme mikrob di Bumi,” ungkap Dr Brendan Burns, dari Deputy Director of the Australian Centre for Astrobiology, yang tidak terlibat dalam penelitian.
“Seperti yang diakui penulis sendiri, fosfin bisa saja berasal dari beberapa reaksi geokimia atau fotokimia yang tidak diketahui. Dengan demikian, butuh lebih banyak studi untuk mengetahui dengan pasti. Meski begitu, kemungkinan kecil dari tanda-tanda biologis kehidupan yang ada di luar Bumi memiliki potensi besar untuk mengubah pemahaman kita tentang tempat kita di alam semesta," pungkasnya.