Napak Tilas Tari Topeng Mimi Rasinah di Tengah Era Modern dan Pagebluk

By Fathia Yasmine, Rabu, 11 November 2020 | 19:14 WIB
Tari topeng mimi rasinah di Indramayu. (Dok. Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah)

Salah satunya dengan kehadiran Sunan Kalijaga, dalang topeng seperti Rasinah perlahan mendapat hati di tengah masyarakat.

Kehadiran para wali juga membuat tari topeng Rasinah menjadi ciri khas tersendiri, terlebih dengan adanya penyajian Topeng Samba Abang dan Topeng Klana, serta gerakan sepak sonder yang memiliki keunikan tersendiri, membuat tari topeng Rasinah akhirnya didapuk sebagai gaya khas Indramayu.

Keberadaan tari topeng Rasinah yang mulai diakui masyarakat, tak membuat Rasinah besar kepala. Ia terus membuktikan totalitas dan kreativitasnya dengan melakukan improviasi atau jogedan. Hal ini bertujan agar penampilannya selalu memberi kesan berbeda pada penontonnya.

Baca Juga: Meski Kecil, Sampah Puntung Tak Bisa Disepelekan

Ide-ide Rasinah pun selalu keluar secara spontan, bahkan tak jarang improvisasinya keluar tak beraturan. Namun, berkat kemahiran serta pengalamannya yang panjang, ciri khas dan pakem Rasinah tak pernah berubah. Seluruh tariannya selalu terlihat halus dan memukau.

Adaptasi gerakan pun tak jarang terlihat aneh dan nyentrik. Salah satunya ketika Rasinah mempertunjukan Tari Pamindo, Rasinah membuat gerakan layaknya mencuci baju dan mencari kutu. Bahkan, reporter pada masa itu sempat menuliskan kekagumannya akan pandainya Rasinah dalam mengimprovisasi gerakan sehari-hari.

“Ia (Rasinah) menjadi seorang yang galak dan lincah dalam Tari Pamindo. Penonton melihat gerakan yang ia ambil dari gerakan sehari-hari. Gerakan mencuci baju dan gerakan mencari kutu yang lalu ia tindas di kuku,” seperti dikutip dari Buku Mimi Rasinah.

Berjuang menembus zaman

Seiring berjalannya waktu, Rasinah menyadari usianya tak lagi muda, ruang gerak yang dimilikinya dahulu, perlahan termakan usia. Untuk melestarikan tari topeng agar tak pudar tergerus zaman, Rasinah mewariskan seluruh topeng dan aksesorinya kepada sang cucu, Aerli Rasinah.

Baca Juga: Tari Topeng Denny Malik Terinspirasi dari Pandemi

Layaknya sang nenek, Aerli pun turut mengalami fase bebarang. Ia diharuskan melakukan pementasan di tujuh tempat dalam sehari, sebagai syarat untuk menjadi penerus Mimi Rasinah sekaligus untuk menjaga keberadaan sanggar tari yang diwariskan kepadanya.

Perjuangan Aerli untuk terus mengembangkan tari topeng Indramayu pun terus dibuktikannya melalui pembinaan anak-anak yang ada di berbagai desa di kabupaten Indramayu. Tak jarang, para anak diajak untuk ikut berpentas untuk acara-acara besar seperti undangan tampil dari pemerintah maupun swasta.