Di Balik Peristiwa Kelaparan Paling Parah di Korea Utara

By , Senin, 30 April 2018 | 15:00 WIB
()

“Itu ditampilkan dengan slogan yang ceria: ‘Mari makan hanya dua kali dalam sehari.’” tambahnya.  

‘Mencuri’ bantuan makanan

Pada 1995 dan 1996, pola cuaca El Nino yang hangat mendatangkan banjir ke Korea Utara. Ini adalah bencana besar bagi para petani di Korea Utara yang ingin mandiri – 15% lahan subur di negara tersebut hancur.

Lalu, pemerintah diktator pun mengurangi jumlah bibit yang diberikan kepada petani dalam upaya menghemat sumber makanan. Namun, alih-alih mengurangi makanan, para petani tersebut justru menyimpan bibit untuk diri mereka sendiri. Alhasil, sumber makanan semakin berkurang.

Kondisi kekurangan makanan itu membuat pemimpin Korea Utara panik. Mereka pun melakukan aksi yang langka: yakni, meminta bantuan makanan kepada organisasi internasional.

Awalnya, beberapa negara dan organisasi ragu. Mereka terkejut karena negara terisolasi ini tiba-tiba meminta makanan. Namun, pada akhirnya, permohonan itu dikabulkan.

Sayangnya, bantuan itu disalahgunakan oleh pemerintah. Bahan makanan itu diberikan kepada elite negara dan bukannya penduduk Korea Utara yang kelaparan.

“Para petani mencuri bibit dari lahan mereka sendiri. Para elite mencuri bantuan makanan. Warga Korea Utara yang miskin semakin kelaparan,” tulis Weissman.

Saat makanan semakin berkurang, pemerintah berhenti menyediakan bantuan sama sekali. Mereka memprioritaskan untuk memberi makan anggota militer dibanding warga sipil. Penduduk Korea Utara pun mulai makan rumput. Ada juga yang menyeberangi negara tetangga seperti Tiongkok karena putus asa mencari makan di tanah air mereka.

Gizi buruk

Sementara itu, gizi buruk menyerang segala usia. Seorang relawan yang mengunjungi Korea Utara pada 1997, mengatakan kepada The New York Times bahwa orang-orang di sana terpaksa makan bubur encer.

Perubahan warna rambut, tubuh yang tak berdaya, dan mata bengkak merupakan hal biasa yang terjadi pada anak-anak Korea Utara – itu adalah tanda-tanda fisik kelaparan. Diperkirakan, semua generasi anak-anak pada masa tersebut menderita gangguan fisik dan mental akibat kekurangan makanan.