Rencanakan Liburan Lebih Bermakna, Kunjungi 4 Destinasi Ekowisata di Bali Ini

By Fathia Yasmine, Senin, 30 November 2020 | 17:37 WIB
Pemandangan di Pura Ulun Danu Bratan, Tabanan, Bali (Dok. Shutterstock)

Bangunan-bangunan di desa ini, sesuai warisan pengetahuan dari leluhur warganya, dibuat selaras dengan alam. Rumah-rumah dibuat dengan tanah dan batu alam. Pengelolaan kekayaan alam pun diatur secara adat.

Kekayaan alam tidak dapat dijual ke luar desa. Menebang pohon untuk keperluan kayu pun dilakukan dengan pertimbangan. Pohon hanya boleh ditebang ketika hampir seluruh bagiannya mati.

Pejalan dapat menyaksikan tradisi unik di desa ini yaitu Perang Pandan dan aktivitas ibu-ibu di desa yang menenun kain gringsing. Kain khas Tenganan ini juga dapat dibawa pulang sebagai cinderamata. Dengan begitu, pejalan turut menggerakkan ekonomi desa, bukan hanya datang untuk berwisata.

Kampung Mangrove Wanasari

Kampung ekowisata ini merupakan tempat di mana pejalan dapat belajar mengenai pelestarian mangrove yang penting bagi kelestarian ekosistem pesisir pantai. Mangrove mencegah abrasi dan menjadi tempat hidup beragam biota laut. Sebut saja, udang dan kepiting bakau yang juga dibudidayakan di sini.

Pejalan akan diajak oleh para nelayan untuk terjun ke keramba, mengamati proses pembenihan, pemeliharaan, hingga panen kepiting bakau di Wanasari. Setelah itu, pejalan dapat ikut serta dalam proses pelepasliaran kepiting-kepiting tersebut di hutan mangrove.

Tak hanya itu, saat berkunjung ke Wanasari, pejalan pun dapat ikut serta dalam proses penghijauan pesisir pantai dengan menanam mangrove. 

Baca Juga: Ketika Budaya Bertemu Teknologi: Penari Kolok di Bali Adakan Pagelaran Virtual

Desa Pemuteran

Desa Pemuteran berlokasi di Bali sebelah barat, tepatnya 55 kilometer dari Gilimanuk. Selain menawarkan pemandangan alam yang indah desa ini memiliki potensi wisata bahari yang kaya.

Desa Pemuteran adalah desa nelayan yang masih memanfaatkan cara-cara penangkapan ikan tradisional demi menjaga kelestarian alam bawah laut. Warga desanya sadar lingkungan dengan hanya melakukan penangkapan ikan dengan perahu-perahu tradisional dan jaring.

Desa ini pun merupakan lokasi konservasi terumbu karang terbesar di Bali. Pemuteran menjadi lokasi budidaya biorock—terumbu karang artificial—yang dilakukan oleh sejumlah yayasan dan badan nonprofit.