Rencanakan Liburan Lebih Bermakna, Kunjungi 4 Destinasi Ekowisata di Bali Ini

By Fathia Yasmine, Senin, 30 November 2020 | 17:37 WIB
Pemandangan di Pura Ulun Danu Bratan, Tabanan, Bali (Dok. Shutterstock)

 

Nationalgeographic.co.id – Memesan tiket perjalanan ke Bali adalah keputusan yang selalu tepat untuk dilakukan ketika jiwa dan raga memerlukan waktu rehat sejenak. Bali merupakan destinasi yang lengkap. Keindahan alam dan budaya berpadu di destinasi berjuluk Pulau Dewata ini.

Bali jelas dapat memenuhi impian pejalan yang gemar berlibur dengan menikmati suasana dan fasilitas resor atau vila privat. Begitu juga yang gemar berkuliner, blusukan ke pasar-pasar seni, hingga mengagumi keindahan pantai dan gunung-gemunungnya.

Bagi pejalan yang memiliki ketertarikan khusus pada water sport, Bali memiliki Tanjung Benoa dan salah satu spot diving terpopuler yaitu Tulamben.  Lengkapnya pilihan destinasi tersebut menjadikan Bali magnet wisatawan, terutama dari mancanegara.

Sepanjang pandemi Covid-19 berlangsung aktivitas wisata di Bali mengalami penurunan drastis. Sebab, demi mencegah penyebaran virus corona sejumlah destinasi harus ditutup untuk pejalan. Meski demikian, minat wisata ke pulau ini masih tinggi.

Mengutip dari Kompas.com (4/8/2020), survei GoLocal Domestic Travel yang dilakukan untuk platform wisata Agoda menyebut, dalam 12 bulan ke depan, sejak kegiatan wisata kembali diperbolehkan, wisatawan siap kembali menjelajah pulau-pulau di Indonesia. Lima tujuan wisata yang paling banyak dipilih adalah Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali.

Baca Juga: Geliat Juang Boyolali, Perbaiki Alam hingga Berdayakan Kaum Difabel

Jika Anda adalah pejalan yang merindukan suasana liburan di Bali, akhir tahun ini dapat menjadi momen yang tepat untuk menjelajah ke sana. Anda dapat mencoba wisata yang lebih berkesan, tak hanya sekadar bersantai di resor. Telisik tempat-tempat yang menjawab minat Anda, tidak biasa, dan punya cerita seperti lima destinasi ekowisata ini.

Desa Adat Tenganan

Jauh dari hiruk-pikuk pusat wisata dan hiburan Bali dan sarat warisan budaya. Kira-kira seperti itulah gambaran Desa Adat Tenganan. Desa yang berlokasi di Kabupaten Karangasem ini termasuk kategori desa Bali Aga atau Bali Kuno.

Desa ini disebut sebagai awal mula Bali. Rumah-rumah bergaya Bali kuno masih berdiri di desa adat ini. Begitu pula dengan kearifan leluhur dan aturan-aturan kunonya. Warga Tenganan masih memegang teguh petuah-petuah yang diwariskan dari nenek moyangnya.

Di desa ini kesetaraan dan gotong royong dijunjung. Tidak ada sistem kasta yang membedakan masing-masing warga. Laki-laki dan perempuan pun punya kewajiban dan hak yang sama. Semua bergerak dengan harmonis di desa ini.

Baca Juga: Di Kulonprogo, Mereka yang Muda Upayakan Ketahanan Pangan

Bangunan-bangunan di desa ini, sesuai warisan pengetahuan dari leluhur warganya, dibuat selaras dengan alam. Rumah-rumah dibuat dengan tanah dan batu alam. Pengelolaan kekayaan alam pun diatur secara adat.

Kekayaan alam tidak dapat dijual ke luar desa. Menebang pohon untuk keperluan kayu pun dilakukan dengan pertimbangan. Pohon hanya boleh ditebang ketika hampir seluruh bagiannya mati.

Pejalan dapat menyaksikan tradisi unik di desa ini yaitu Perang Pandan dan aktivitas ibu-ibu di desa yang menenun kain gringsing. Kain khas Tenganan ini juga dapat dibawa pulang sebagai cinderamata. Dengan begitu, pejalan turut menggerakkan ekonomi desa, bukan hanya datang untuk berwisata.

Kampung Mangrove Wanasari

Kampung ekowisata ini merupakan tempat di mana pejalan dapat belajar mengenai pelestarian mangrove yang penting bagi kelestarian ekosistem pesisir pantai. Mangrove mencegah abrasi dan menjadi tempat hidup beragam biota laut. Sebut saja, udang dan kepiting bakau yang juga dibudidayakan di sini.

Pejalan akan diajak oleh para nelayan untuk terjun ke keramba, mengamati proses pembenihan, pemeliharaan, hingga panen kepiting bakau di Wanasari. Setelah itu, pejalan dapat ikut serta dalam proses pelepasliaran kepiting-kepiting tersebut di hutan mangrove.

Tak hanya itu, saat berkunjung ke Wanasari, pejalan pun dapat ikut serta dalam proses penghijauan pesisir pantai dengan menanam mangrove. 

Baca Juga: Ketika Budaya Bertemu Teknologi: Penari Kolok di Bali Adakan Pagelaran Virtual

Desa Pemuteran

Desa Pemuteran berlokasi di Bali sebelah barat, tepatnya 55 kilometer dari Gilimanuk. Selain menawarkan pemandangan alam yang indah desa ini memiliki potensi wisata bahari yang kaya.

Desa Pemuteran adalah desa nelayan yang masih memanfaatkan cara-cara penangkapan ikan tradisional demi menjaga kelestarian alam bawah laut. Warga desanya sadar lingkungan dengan hanya melakukan penangkapan ikan dengan perahu-perahu tradisional dan jaring.

Desa ini pun merupakan lokasi konservasi terumbu karang terbesar di Bali. Pemuteran menjadi lokasi budidaya biorock—terumbu karang artificial—yang dilakukan oleh sejumlah yayasan dan badan nonprofit.

Hotel-hotel dan resor dibangun dengan konsep kesadaran lingkungan. Laut di yang menghadap hotel hanya diperuntukkan bagi kegiatan ekowisata. Tak heran jika Pemuteran menjadi spot diving dengan pemandangan laut kelas dunia.

Baca Juga: Sawah Berundak Pulau Dewata

Berwisata ke Pemuteran, pejalan dapat menikmati beberapa kegiatan. Pejalan dapat menyewa boat untuk menikmati matahari terbit, kemudian melakukan diving atau snorkeling hingga siang hari. Seusainya, pejalan dapat menilik lokasi konservasi penyu dan ikut serta dalam pelepasan tukik-tukik ke laut lepas.

Desa ini juga lumayan dekat dengan Taman Nasional Bali Barat yang menjadi rumah burung endemik jalak bali. Spesies burung ini populasinya sudah sangat sedikit dan dinyatakan nyaris punah.

Desa Sibetan

Bali juga merupakan destinasi yang tepat jika Anda adalah pejalan yang gemar beragrowisata. Salah satu tujuan yang dapat dikunjungi adalah Desa Sibetan. Desa yang berlokasi di Karangasem ini merupakan sentra perkebunan salak bali.

Anda dapat menikmati trekking di perkebunan salak berlatar pemandangan Gunung Agung. Para petani akan memperlihatkan bagaimana budidaya salak bali dilakukan.

Baca Juga: Dukung Pertanian dan Perekonomian Daerah, TaniHub Ekspansi ke Bali

Seusainya pejalan juga dapat menikmati beragam penganan yang diolah dari salak. Selain itu, wine yang dibuat dari fermentasi salak dan kopi salak.

Bali pelopor penerapan CHSE

Pejalan yang ingin melakukan perjalanan ke Bali di tengah pandemi pun boleh tenang. Sebab, Bali saat ini dinilai sebagai destinasi wisata yang siap untuk menerapkan protokol kenormalan baru dalam kegiatan wisata.

Bali saat ini dijadikan sebagai percontohan penerapan prinsip cleanliness, health, safety, dan environtment (CHSE) oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pelaku industri wisata, tokoh masyarakat, masyarakat desa adat, hingga tenaga medis bekerja sama untuk mewujudkan Bali yang nyaman untuk dikunjungi selama pandemi.

Pejalan yang datang ke Bali akan menemukan setiap pintu masuk destinasi yang menyediakan tempat cuci tangan, lengkap dengan sabun dan penyanitasi tangan. Selain itu, beberapa festival yang menjadi nafas pariwisata Bali pun dipastikan memenuhi prinsip CHSE oleh pecalang dan pemangku adat.

Siap untuk kembali menjelajah #DiIndonesiaAja? Bali bisa menjadi pilihan.