Bebila dan Jalak Anguci, Tarian Sunyi Komunitas Kolok dari Desa Bengkala

By Yussy Maulia, Senin, 30 November 2020 | 23:59 WIB
Penari kolok Bengkala. ()

Gerakan tarian dibuat sangat sederhana dan penuh semangat. Bak seekor bebek, tujuh pria berbaris dan berjalan mengikuti arahan komando, sambil sesekali mengepakkan tangan mereka dengan ceria.

Delapan pria tersebut masih dari bagian komunitas kolok. Setiap pergantian gerakan yang mereka buat, tak lepas dari peranan para penabuh musik yang kerap memberi kode-kode gerakan tertentu.

Pertunjukan tari unik yang digelar oleh para komunitas kolok Minggu (29/11/2020) ini, tentu membuat mereka banjir pujian. Meski pertunjukan digelar melalui daring, keindahan tarian yang dipertontonkan tetap mampu menghipnotis para penonton.

Baca Juga: Kisah Surat Wiyoto, Melindungi Hidup Merak Hijau Demi Lestarikan Reog Ponorogo

Sebab, bagi orang yang memiliki kemampuan bicara dan pendengaran yang baik, sulit membayangkan menari tanpa mendengar musik sama sekali.

Keunikan inilah yang menjadi inspirasi PT Pertamina dan National Geographic Indonesia dalam menggagaskan pertunjukan tari secara virtual. Tujuannya, untuk membantu para komunitas kolok memperkenalkan serta melestarikan budaya Bali dengan memanfaatkan teknologi digital.

Selain itu, pertunjukan ini dilakukan sebagai langkah untuk menyiasati panggung seni yang hampir tidak pernah digelar akibat adanya pandemi Covid-19.

Teknologi digital penuh manfaat

Upaya PT Pertamina (Persero) ini diapresiasi oleh para penari kolok. Melalui Ketut Kanta sebagai pendamping sekaligus penerjemah kolok, para penari kolok bercerita tentang perasaan mereka mengenai adanya pertunjukan virtual ini.

Baca Juga: Membelah Segara Anakan, Menilik Dusun Mandiri Energi di Pesisir Jawa

“Kami (penari kolok) gembira sekali karena banyak orang-orang yang melihat. Rasanya luar biasa, karena dulu tidak pernah (ada pertunjukan) secara online,” ringkas Ketut saat menerjemahkan ucapan yang diungkapkan oleh para penari melalui bahasa isyarat kolok.

Memang, adanya pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19 sempat membuat sanggar tari Desa Bengkala pupus. Sebab, tidak ada lagi wisatawan yang berkunjung untuk melihat pertunjukan tari mereka.