Pasalnya, pandemi Covid-19 juga turut mengubah pola dan gaya berwisata pejalan. Pasca pandemi diprediksi wisata yang dilakukan dengan bertualang di alam terbuka akan lebih diminati. Selain minim kontak fisik dan lebih mudah untuk menjaga jarak, kemungkinan penularan virus di udara terbuka pun lebih kecil.
Mengutip dari Kontan (14/11/2020), Direktur Promosi Wisata Minat Khusus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Adella Raung menjelaskan, minat yang tinggi akan wisata minat khusus ini dapat dimanfaatkan sebagai rebound industri pariwisata usai pandemi Covid-19.
“Kemenparekraf berupaya untuk mengaktifkan kembali wisata petualangan di Indonesia, dan juga menggerakkan kembali ekonomi pariwisata kita. Terlebih dengan pola perjalanan saat ini, wisatawan lebih memilih ke tempat wisata dengan konsep terbuka atau fresh air serta menghindari kerumunan,” ujarnya.
Baca Juga: Pertempuran Megiddo, Metode dan Teknologi Pertama dalam Sejarah Perang
Demi memastikan kenyamanan dan keamanan wisatawan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun mengharuskan diterapkannya protokol cleanliness, health, safety, dan environment (CHSE) dalam kegiatan wisata.
Sebagai informasi, CHSE merupakan standar yang menjamin kegiatan wisata dilakukan dengan memperhatikan aspek kebersihan, kesehatan, keamanan, dan sadar lingkungan. Layanan dari pelaku industri wisata maupun perilaku pejalan harus sesuai dengan protokol tersebut.
Saat ini Kemenparekraf telah menyusun beberapa protokol untuk wisata minat khusus diantaranya wisata selam, wisata pendakian gunung, wisata golf, wisata paralayang, wisata arung jeram, dan kegiatan marathon.
Kemenparekraf juga turut menyusun protokol kesehatan di bidang hotel, restoran, homestay, agen perjalanan wisata, dan rumah makan agar kegiatan wisata minat khusus bisa tetap terjaga keamanan serta kenyamanannya.