Koran Bataviasche Nouvelles, Upaya VOC Hilangkan Citra Korupsi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 8 Desember 2020 | 05:58 WIB
Koran Bataviase Nouvelles yang bisa disebut juga Bataviasche Nouvelles, edisi 12 Oktober 1744. ()

 

Nationalgeographic.co.id - Pers atau media menurut sejumlah ahli, berperan sebagai pelapor, dan menjadi sarana kebutuhan informasi kepada masyarakat. Pers sudah lama ada di Indonesia, salah satu perkembangannya melalui media cetak yang dibawakan oleh masa kolonial Belanda era VOC. Namun, pers era VOC memiliki fungsi yang tak sebebas pers yang tengah berkembang di Eropa.

Kasijanto, sejarawan dari Universitas Indonesia dalam tulisannya, Media dan Monopoli Dagang Percetakan dan Penerbitan di Indonesia pada Masa VOC, sejarah pers berdiri bermula ketika orang misionaris Belanda membawakan mesin cetak ke Hindia Timur pada 1624. Awalnya hanya berfungsi sebagai pencetak brosur, almanak, buku, dan percetakan lainnya yang berhubungan dengan penyebaran agama.

Lambat laun, pers cetak pertama didirikan bernama Bataviasche Nouvelles pada 7 Agustus 1744 oleh Jan Erdman Jordens yang memiliki relasi dengan VOC.

Baca Juga: Mengapa Kertas Koran Bisa Menguning Seiring Berjalannya Waktu?

Kasjianto menambahkan, "Bataviasche Nouvelles lahir sedini yang terjadi di Eropa, dan tidak terlalu salah jika dikatakan sezaman dengan The Spectator, majalah terkenal yang terbit pertama kali di Inggris pada tahun 1714; atau bahkan lebih awal dari Encyclopaedia Britannica edisi pertama yang terbit pada tahun 1771."

Kedekatan Jordens dengan petinggi VOC untuk membangun usaha media inilah yang dikritik Kasjianto sebagai media yang perlu 'tahu diri'. Gubernur Jenderal Gustaff Willem Baron van Imhoff yang mengizinkan terbitnya koran tersebut memiliki kepentingan untuk menampilkan citra dirinya sebagai  “pencerah dan manusia berbudaya".

 

Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff juga dijuluki sebagai pemimpin liberal yang ingin memajukan pengetahuan di kawasan Hindia Timur. (Vervaardiger: Quinkhard, Jan Maurits)

Maka, berita-berita yang dimuat selalu menghindari isu sensitif seperti korupsi di tubuh VOC. Sensor dari pemerintah pun sangat ketat kepada usaha percetakan, termasuk buku dan koran, karena gubernur jenderal menginginkan citra korup pejabat kompeni hilang.

Berita yang diterbitkan biasanya tentang politik VOC seperti penobatan hingga pemecatan pejabat, informasi perdagangan dan keluar-masuk kapal di Hindia Timur.

"Selain itu, dimuat beraneka ragam berita seperti pesta-pesta, jamuan, obituari, dan doa-doa keselamatan bagi kapal yang akan berlayar jauh menyeberang ke negeri induk," tulis Kasijanto. "Sebagai koran dagang, Bataviasche Nouvelles memenuhi sebagian besar halamannya dengan iklan dan berita lelang."

Baca Juga: Gemerlap Para Nyonya Sosialita di Batavia Zaman VOC

Dengan terbitnya koran berskala nasional tersebut, justru mendapatkan antusiasme dari berbagai golongan termasuk VOC sendiri. Bahkan mendapatkan kontrak perpanjangan dari kompeni.

Kasijanto menilai mengenai media tersebut berjalan pada masa VOC memiliki kelemahan dalam kesiapan tenaga profesional di bidang jurnalistik, dan pengelolaan bisnis media. Usaha percetakan sangat tergantung pada kebijakan VOC jika bertujuan untuk menguntungkan penguasa.

"Dengan demikian, usaha percetakan dan media harus berhadapan dengan kekuatan yang bersifat monopolistik dan tak ingin berbagi kesempatan ataupun kekuasaan dengan pihak lain," terangnya.

Sehingga pada 20 Juni 1746, koran tersebut harus tutup tanpa perlawanan pasca Gubernur Jenderal van Imhoff mendapatkan himbauan dari Amsterdam. Para petinggi Belanda khawatir dengan keberadaan media tersebut akan membuka informasi yang perlu dirahasiakan dari pesaing-pesaing mereka.