Cerita oleh N.M. Bondan dan foto oleh Mikael Jefrison Leo
Nationalgeographic.co.id—Cerita tentang Flores hampir tak pernah ada habisnya. Dunia kecil yang menyimpan pusparagam keunikan, menggoda para pelawat menjelajahi lebih jauh pulau ini. Banyak sekali hal-hal menarik yang belum terceritakan. Maka, perjalanan Untold Flores berupaya membuat lebih banyak lagi cerita tentang Flores terutama wisata minat khusus. Lalu, apa yang bisa dibagi dari cerita perjalanan ini?
Bagi saya, bangun pagi sesuai waktunya itu sangat sulit. Hampir setiap hari saya menyapa pagi ketika pukul 9 atau 10. Bagi penikmat aktivitas malam seperti saya, bisa bangun benar-benar pagi adalah sesuatu yang luarbiasa. Itu mengapa saat alarm berdering untuk bersiap memulai kelas, saya baru mulai bergegas mandi sementara kawan yang lain sudah selesai sarapan dan berada dalam ruangan.
Fokus diskusi grup terarah hari ini dimulai sesuai jadwal. Managing Editor National Geographic, Mahandis Yoanata Thamrin membuka kelas pagi ini dengan berbagi informasi tentang majalah bingkai kuning. Seperti apa media ini bermula hingga bagaimana mereka berproses sampai saat ini.
"Dunia dan isinya adalah tema kita, jika tidak dapat membuat orang awam tertarik padanya, lebih baik kita tutup saja". Kutipan Alexander Graham Bell sebagai pendiri media tersebut yang disematkan dalam presentasinya seketika menyita perhatian saya. Rasa kantuk pun takluk perlahan. Benar juga kata Bell, saya pikir saya adalah orang awam untuk sesuatu yang belum saya ketahui.
Lelaki berkacamata bulat dengan khas topi baret dikepalanya kemudian berbagi, bagaimana dapur bingkai kuning mengolah "singkong rebus" menjadi hidangan yang nikmat untuk disantap. Pemaparan terkait teknis, bagaimana narasi disampaikan dengan pola bertutur, hingga meramu temuan menjadi informasi yang menarik ala National Geographic, tak luput ia jelaskan. Sembari menyeruput secangkir teh hangat, saya menyimak dengan seksama ia melewatkan salindia demi salindia yang penuh muatan pengetahuan.
Berbicara soal perjalanan tak lepas dari apa sebenarnya yang ingin kita dapatkan ketika melakukannya. "Tujuan perjalanan kadang tergantung pada apa yang menjadi roh perjalanan kita", terangnya. Dalam istilah lainnya, the journey more important than destination. Ketika berkunjung ke suatu tempat, bergerak dari titik A ke titik B itu adalah yang paling dinikmati. Hal-hal yang terjadi sepanjang perjalanan adalah kejutan-kejutan yang menjadi pengalaman utamanya.
Pejalan asal Maroko yang pernah singgah di pesisir utara Sumatera, Ibnu Batuta pernah mengatakan, "Perjalanan akan membuatmu tidak dapat berkata-kata, lalu mengubahmu menjadi pencerita". Perjalanan bukan sekedar melihat kehidupan di lokasi baru tetapi juga mengambil refleksi dari kisah hidup dengan mata yang baru. Jelas Bang Yoan (sapaan akrabnya) memaparkan.
Dalam hal wisata minat khusus, ia mengatakan bahwa hal tersebut sangat bergantung pada narasi dan Indonesia punya banyak sekali daerah wisata namun tidak banyak cerita yang ada. "Negeri kita memiliki pusparagam tujuan wisata, namun kita begitu sedikit memiliki cerita tentangnya. Sementara itu, wisata minat khusus tergantung pada narasi yang dibangun untuk destinasi wisata."
Menarik kemudian bagi saya melihat Untold Flores ini. Tidak sekedar destinasi, perjalanan ini menyingkap banyak sekali cerita menarik tentang kebudayaan, manusia, hingga kulinernya. Bersepeda motor menyusuri jalur lintas Flores dari Maumere ke Labuan Bajo sungguh sebuah petualangan yang menarik tentu saja.