Merapah Rempah: Mengungkap Narasi Asal-Usul Kesejatian Indonesia

By Fikri Muhammad, Jumat, 15 Januari 2021 | 11:18 WIB
Peta (Willem Janzoon Blaeu)

Nationalgeographic.co.id—Makna rempah tak selesai pada perbincangan di meja makan. Konteksnya bisa amat luas, bahkan membentuk peradaban. Kesempatan ini yang diambil National Geographic Indonesia. Tajuk khusus bertema Merampah Rempah yang terbit Januari 2021 ini pun hadir untuk memuliakan rempah. 

Tidak seperti biasanya, edisi ini merupakan yang ke-13. Sebagai pembuka pada kampanye rempah National Geographic Indonesia selama 2021. Memahami rempah juga memahami masa lalu. Narasi seperti ini perlu disampaikan kembali ke publik. 

"Kami merasa bahwa narasi ini harus muncul dari rumah kita sendiri. Bagaimana dahulu negeri kita menjadi rebutan. Sebagai media tugas kami menginformasikan. Rempah adalah mangkok kehidupan negeri ini. Kita sebagai insan terbentuk dari perjumpaan ribuan tahun silam," Kata Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia di Bincang Redaksi-24 Merapah Rempah.

Baca Juga: Melihat Ulang Bagaimana Sudut Pandang Menjadi Seorang Pejalan

Sejak 2016, Direktur Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan sudah intens mengembangkan narasi rempah. Ternyata banyak daerah-daerah yang belum tercatat, menurut Hilmar Farid, Direktur Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan. Karena itu misi ini akan selalu berkelanjutan.

Hilmar mengajak kita menelaah kembali. Bahwa jalur rempah tidak selalu erat dengan peta yang dibuat Eropa, lalu berbondong datang ke Nusantara untuk jelajah cari rempah, tidak sesempit itu narasinya. Yang terlupakan bahwa Nusantara sudah ada koneksi dengan Afrika Timur dan Asia Selatan. Narasinya luas.

"Tahun 1000 dunia sudah sangat ramai, Asia bertemu Afrika. Amerika Latin pun berkembang pesat. Sebetulnya pada tahun itu Eropa yang terkurung sendiri. Ada anggapan narasi ini dibangun sikap inferior Eropa. Itu narasi membalik,' kata Hilmar.

Selama 5000 tahun hubungan Nusantara erat dengan Madagaskar hingga Polynesia. Berbahasanya pun sama pada penyebutan angka dan hewan. Juga peninggalan lainya, seperti situs gua harimau di Sumatra dengan penemuan jasad manusia berusia 5000 tahun. "Persebaran itu luas. Sudah jauh dari kedatangan kolonial," tutur Hilmar. 

Jalur rempah adalah imperium besar tempat bersandingnya budaya, ekonomi, dan pangan. Lingkup ini memiliki potensi untuk berbagai kepentingan. Sebuah matrik yang jauh lebih besar.

"Tiongkok punya ambisi besar dengan jalur sutra nya, itu disertai investasi dari berbagai negara. Mimpinya membuat imperium besar. Kita bagaimana? Kekuatan kita justru mempertemukan kemampuan satu dan lainya." tutup Hilmar. 

Baca Juga: Kartografi Dunia Berutang Kepada Rempah Maluku 

Rempah-rempah. (Lutfi Fauziah)