Nationalgeographic.co.id—Desember lalu, para arkeolog mengumumkan penemuan mereka yang membuktikan pada zaman perunggu dan besi, masyarakat Israel kuno mengonsumsi rempah eksotis yang diimpor dari Asia. Temuan ini dipublikasikan oleh Ashley Scott arkeolog Max Planck Institute for the Science of Human History, dan timnya di sejumlah situs Megiddo dan Tel Erani.
Mereka, dalam laporannya yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, mengidentifikasi protein dari beberapa fosil gigi yang ditemukan di situs tersebut. Mereka menilai bahwa mulut manusia hingga akhir hayatnya penuh dengan bakteri yang seiring zaman memembatu.
Baca Juga: Pertempuran Megiddo, Metode dan Teknologi Pertama dalam Sejarah Perang
“Itu memungkinkan kami mengetahui jjak apa yang dimakan seseorang,” ujar Phillip Stockhammer, salah satu arkeolog yang terlibat. “Siapa pun yang tidak melakukan kebersihan gigi, tentunaya akan memberi tahu kami, para arkeolog soal apa yang telah mereka makan ribuan tahun lalu dari sekarang."
Dari temuan tersebut, mereka menemukan setidaknya terdiri dari 19 protein makanan dari sejenis sereal, minyak sayur, buah-buahan, dan rempah-rempah pada ruas gigi.
“Potensi besar dari metode penelitian ini untuk mengetahui makanan pada jejak arkeologis. Penghitungan pada gigi adalah sumber informasi yang sangat berharga tentang kehidupan masyarakat kuno,” terang Ashley Scott.
Baca Juga: Kisah Pelacur dan Pelacuran Pada Zaman Perdagangan Jalur Rempah
Temuan ini menguatkan analisa temuan arkeologis sebelumnya, menemukan beragam makanan yang diangkut di Timur Tengah di masa yang sama dari belahan dunia lainnya. Seperti Punt yang diperkirakan di sekitar Ethiophia, makanan dan rempah eksotis dari Asia Timur yang diduga melewati Asia Selatan.
Stockhammer menjelaskan, terdapat dua protein lain yang dianggapnya luar biasa. Di Megiddo, ditemukan protein kunyit dan kedelai, sedangkan protein pisang juga ditemukan di Tel Erani. Ia beranggapan bahwa kedatangan makanan-makanan tersebut berasal dari Asia Tenggara, dan mencapai Timur Tengah lewat Asia Selatan sejak milenium ke-5 SM.
Selaras dengan pernyataan Stockhammer, sebelumnya terdapat penelitian dengan hasil yang sama melalui pendekatan ilmu mikro dan makro botani yang dilakukan oleh arkeolog Dafna Langgut dari Tel Aviv University. Namun mengenai bagaimana proses perdagangan dan penggunaannya masih misteri.